Zona Eropa beresiko menderita kerusakan ekonomi akibat produktivitas lemah dan pertumbuhan rendah, demikian presiden Bank Sentral Eropa memperingatkan pada hari Kamis (09/06), menggarisbawahi argumennya bahwa kebijakan moneter saja tidak dapat mengakhiri penyakit ekonomi blok tersebut.
ECB telah memperluas kebijakan agresif untuk meningkatkan pertumbuhan dan inflasi dalam beberapa tahun terakhir dengan sedikit terlihat hasil dari usaha itu, memicu argumen bahwa kebijakan moneter terbatas dan pemerintah diperlukan untuk membantu.
“Kami tidak membiarkan inflasi dibawah tujuan kami mengingat sifat guncangan yang kita hadapi,” kata Mario Draghi pada Economic Forum Brussels. “Bagi orang lain, itu berarti mencurahkan segala upaya untuk memastikan potensi hasil yang dikembalikan sebelum pertumbuhan di bawah standar menyebabkan kerusakan permanen.”
“Ada banyak alasan politik yang diterima untuk menunda reformasi struktural, tetapi ada beberapa ekonomi yang membaik. Hanya biaya keterlambatan terlalu tinggi,” tambahnya.
Zona Eropa tumbuh dengan hanya 1,6 persen tahun lalu dengan banyak ekspansi berasal dari stimulus dan pertumbuhan ECB diharapkan untuk datar selama beberapa tahun ke depan dengan inflasi juga di bawah target ECB mendekati 2 persen.
“Mengingat bahaya yang telah terjadi terhadap pertumbuhan potensial selama krisis, itu juga berarti perlu bertindak tegas untuk meningkatkan potensi,” kata Draghi.
Draghi mengatakan zona Eropa tertinggal dalam kapasitas yang inovatif, terutama di sektor jasa, dan diperlukan untuk memanfaatkan potensi terpendam dalam angkatan kerja kawasan Eropa, yang dapat dilepaskan dengan pasar tenaga kerja dan aktivasi kebijakan yang sesuai.
Doni/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang