Ditengah perdagangan forex sesi Asia hari Jumat (15/7) dollar AS masih bergerak lemah terhadap banyak rival-rival utamanya kecuali terhadap yen. Kekuatan dollar AS banyak dipangkas oleh kuatnya mata uang kawasan Eropa seperti euro dan poundsterling pasca kebijakan BOE yang tidak jadi melonggarkan kebijakannya.
Dewan pembuat kebijakan BOE yang melakukan pertemuan hari Kamis (14/7) memutuskan untuk tidak melonggarkan kebijakannya atau tidak mengubah suku bunga acuannya menimbang beberapa indikator yang masih harus dipastikan oleh rilis data-ekonomi yang menunjang. BOE masih mau melihat kondisi ekonomi semua sektor pasca Brexit, dan jika memang dibutuhkan pada pertemuan bulan depan mereka akan putuskan pelonggaran kebijakan. Sentimen ini memberi kekuatan tambahan bagi pergerakan euro dan pound.
Terhadap rival utamanya, dollar AS hanya menguat terhadap yen menimbang ekpektasi stimulus moneter yang akan diluncurkan pemerintah Jepang akhir bulan lebih radikal dari yang dibayangkan. Selain itu pelemahan yen juga terjadi dikarenakan menguntungkannya kembali perdagangan aset beresiko.
Untuk kurs komoditas hanya aussie dollar yang menguat meskipun harga minyak mentah yang menjadi tolak ukur kurs tersebut anjlok oleh munculnya kembali sentimen kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan minyak global. Aussie pagi ini dapat menguat menerima kekuatan dari data PDB Tiongkok yang stabil pada kuartal 2 lalu.
Lihat: Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Kuartal Kedua Stabil 6,7 Persen
Melihat fundamental dollar AS, semalam data ekonomi yang dirilis menunjukkan data yang menggembirakan seperti data klaim pengangguran AS yang berkurang banyak diluar dugaan serta data PPI bulan Juni yang meningkat. Namun kekuatan data ini diredam oleh pesimisme pasar akan kenaikan FED rate dalam waktu dekat.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap enam mata uang utama perdagangan sesi Asia pagi ini bergerak negatif setelah dibuka lebih tinggi pada posisi 96,06 dan bergulir pada posisi 95,60. Perdagangan sebelumnya indeks dollar AS hari Kamis melamah hingga 0,3 persen.
Joel/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang