Indeks harga konsumen (CPI) Inggris meningkat di bulan September, mencapai tingkat tertinggi sejak November 2014, menurut data resmi yang dirilis pada hari Selasa (18/10).
Kantor Statistik Nasional (ONS) menyatakan tekanan inflasi ke atas terutama pada kenaikan harga untuk pakaian, menginap di hotel dan bahan bakar motor, serta harga gas. Namun sebagian diimbangi oleh penurunan harga tiket dan harga pangan.
Menurut ONS, inflasi tumbuh 1% secara tahunan di bulan September, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 0,9% dan kenaikan 0,6% pada bulan Agustus.
Pada basis bulanan, inflasi naik tipis 0,2% lebih tinggi, sesuai dengan perkiraan dan sedikit di bawah kenaikan 0,3% yang dibukukan pada bulan sebelumnya.
Pada hari Senin, Deputi Gubernur Bank of England, Ben Broadbent mengatakan penurunan tajam pound dalam empat bulan sejak referendum Inggris pada Uni Eropa telah bertindak sebagai “shock absorber” bagi perekonomian Inggris.
Sterling telah jatuh hampir 20% sejak keputusan Inggris meninggalkan serikat 28 negara pada bulan Juni dan telah kehilangan lebih dari 6% dalam dua minggu terakhir setelah Perdana Menteri Theresa May mengangkat prospek “hard Brexit”. Broadbent mengatakan bahwa memiliki mata uang yang fleksibel adalah sangat penting untuk mengatasi guncangan ekonomi.
Sebuah survei yang dirilis oleh EY Item Club yang dilansir International Business Times memperingatkan bahwa Inggris menghadapi empat tahun pertumbuhan ekonomi tenang karena negosiasi untuk melepaskan diri dari Uni Eropa. Lembaga think tank tersebut mengatakan mereka memperkirakan ekonomi untuk diperluas 1,9% tahun ini, sejalan dengan perkiraan Juli, tetapi memprediksi pertumbuhan akan melambat menjadi hanya 0,8% pada tahun 2017.
Doni/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang