Meningkatnya harga sewa mengangkat inflasi AS pada bulan November, menandakan kenaikan dari tekanan harga dalam perekonomian yang bisa mendukung lebih kenaikan suku bunga dari Federal Reserve tahun depan.
Prospek pengetatan lebih lanjut kebijakan moneter pada tahun 2017 juga didukung oleh data lain pada hari Kamis yang menunjukkan penurunan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran pekan lalu.
The Fed menaikkan suku bunga pada hari Rabu untuk kedua kalinya sejak krisis keuangan 2007-2009 dan meramalkan tiga kenaikan suku bunga pada tahun 2017. Selain kenaikan harga minyak dan pasar kerja yang ketat, inflasi kemungkinan untuk mendapatkan dorongan dari Presiden AS terpilih agenda Donald Trump yang mengusulkan kebijakan fiskal ekspansif.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan Indeks Harga Konsumen tidak termasuk biaya makanan dan energi yang volatil naik 0,2 persen bulan lalu setelah merayap naik 0,1 persen pada Oktober. Sewa menyumbang sebagian besar peningkatan yang disebut CPI inti bulan lalu.
CPI inti naik 2,1 persen dalam 12 bulan sampai November setelah kenaikan serupa pada Oktober. Keseluruhan CPI naik 0,2 persen karena kenaikan harga bensin melambat dan biaya makanan tetap lembut. Dengan harga minyak melayang sekitar $ 50 per barel, harga bensin akan mendorong lebih tinggi.
Keseluruhan CPI melonjak 0,4 persen pada bulan Oktober. Dalam 12 bulan sampai November, CPI naik 1,7 persen, kenaikan terbesar tahun-ke-tahun sejak Oktober 2014. Ini naik 1,6 persen pada tahun hingga Oktober.
The Fed memiliki target inflasi 2 persen dan melacak ukuran inflasi saat ini sebesar 1,7 persen.
Dalam meningkatkan suku bunga acuan overnight sebesar 25 basis poin ke kisaran 0,50 persen menjadi 0,75 persen, bank sentral AS pada Rabu mencatat bahwa inflasi telah meningkat sejak “awal tahun ini” dan mengatakan diharapkan untuk naik menuju target beberapa tahun mendatang.
Doni/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang