Dollar AS yang sempat rebound pada awal sesi Asia hari Jumat (13/1) terpangkas kembali setelah pemerintah Tiongkok laporkan kondisi perdagangan luar negerinya bulan Desember yang kurang menggembirakan. Kekhawatiran pasar global sebelumnya akan prospek ekonomi dunia 6 bulan pertama tahun ini bangkit kembali menimbang data Tiongkok tersebut.
Sebelumnya dollar alami tekanan jual yang lumayan parah diperdagangan hari Kamis (12/1) namun bangkit lagi oleh dorongan kuat laporan klaim pengangguran dan pernyataan hawkish pejabat Fed. Tekanan bearish yang dialami dollar 2 pekan terakhir merupakan moment runtuhnya sentimen terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
Mengakhiri perdagangan pekan ini, dollar AS masih berharap dengan rilis data pada sesi Amerika nanti dan juga pidato seorang pejabat FOMC Patrick Harker. Namun data-data tersebut diperkirakan menunjukkan data yang mixed dan semua data seperti data retail sales, PPI dan sentimen konsumen UoM tersebut merupakan penggerak major dari laju dollar AS.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap enam mata uang utama pada perdagangan sesi Eropa turun ke posisi 101.14 setelah awal perdagangan sesi Asia dibuka lebih rendah 101,43. Dan dipastikan perjalanan dollar hari ini menuju pelemahan mingguan untuk 3 pekan berturut.
Joel/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang