Korea Utara menembakkan rudal balistik pada hari Rabu (05/04) dari pantai timur ke laut dari semenanjung Korea, demikian militer Korea Selatan mengatakan, menjelang pertemuan puncak antara para pemimpin AS dan Tiongkok yang diperkirakan akan membahas program senjata nuklir Pyongyang.
Peluncuran rudal datang hanya menjelang pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pekan ini di Florida, dimana di antara isu-isu penting yang akan dibahas antara lain bagaimana untuk mengendalikan Korea Utara, kata pejabat senior Gedung Putih, Selasa, mengatakan masalah ini merupakan ujian hubungan AS-Tiongkok.
Setelah uji coba tersebut, pernyataan singkat datang dari Departemen Luar Negeri AS dikeluarkan. “Korea Utara meluncurkan satu lagi di antara berbagai rudal balistik,” demikian Menteri Luar Negeri Rex W. Tillerson dalam pernyataan itu. “Amerika Serikat telah berbicara cukup tentang Korea Utara. Kami tidak punya komentar lebih lanjut.”
Peluncuran hari Rabu adalah dari Sinpo, sebuah kota pelabuhan di pantai timur Korea Utara, dan rudal terbang sekitar 60 km (40 mil), Kantor Korea Selatan dari Kepala Staf Gabungan mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat. Sinpo adalah lokasi dari pangkalan kapal selam Korea Utara.
Secara terpisah, Komando militer Pasifik AS mengkonfirmasi peluncuran dalam sebuah pernyataan, Selasa. Penilaian awal menunjukkan itu adalah KN-15 jarak menengah rudal balistik, kata pernyataan itu.
Setiap peluncuran objek menggunakan teknologi rudal balistik adalah pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB, tetapi Korea Utara telah menantang larangan sebagai pelanggaran hak berdaulat untuk pertahanan diri dan mengejar eksplorasi ruang angkasa.
Korea Utara berusaha untuk meluncurkan rudal balistik dua minggu yang lalu dari pantai timur dan sebelumnya pada bulan Maret menembakkan empat rudal terhadap Jepang, beberapa di antaranya datang sedekat 300 km (190 mil) ke pantai Jepang. Korea Utara juga telah melakukan dua tes senjata nuklir sejak Januari 2016.
Korea Utara diyakini mengembangkan rudal balistik antarbenua atau Intercontinental Ballistic Missile (ICBM). Namun para ahli dan pejabat di Korea Selatan dan Amerika Serikat percaya Pyongyang masih jauh dari menguasai semua teknologi yang dibutuhkan untuk sistem ICBM operasional, seperti re-entry atmosfer dan pengarahan rudal berikutnya.
Uji coba nuklir Korea Utara ini memberikan kekuatiran khususnya di pasar keuangan Korea Selatan. Terpantau pagi ini bursa Korea Selatan berada di zona merah. Namun bagi beberapa negara Asia lainnya tidak terlalu berpengaruh.
Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang