Pada awal perdagangan bursa saham Korea Selatan Kamis (06/04) indeks Kospi dibuka lemah, saat ini terpantau turun -13,84 poin, atau -0,64 persen, ke 2147.01. Pelemahan Bursa Saham Korea Selatan tertekan pelemahan bursa Wall Street.
Bursa Saham AS berakhir lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis dinihari (06/04) Rabu setelah Federal Reserve merilis risalah dari pertemuan Maret. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 41,09 poin, atau 0,2 persen, menjadi ditutup pada 20,648.15. Indeks S & P 500 tergelincir 7,31 poin, atau 0,31 persen, menjadi berakhir pada 2,352.95. Indeks Nasdaq turun 34,13 poin, atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada 5,964.48.
Lihat : Bursa Wall Street Merosot Setelah Rilis Risalah Pertemuan The Fed
Sebagian besar saham kapital besar mixed di seluruh papan. Saham SK Telecom, No 1 operator seluler di negara itu, naik 0,40 persen. Saham Shinhan Financial Group naik 0,42 persen. Sementara itu, saham Samsung Electronics turun 0,81 persen. Saham No 2 pembuat chip SK hynix Inc turun 1,79 persen.
Saham otomotif Korea Selatan juga di bawah tekanan di perdagangan Asia. Saham Kia Motors diperdagangkan 0,56 persen lebih rendah sementara saham Hyundai Motor anjlok sebesar 1 persen.
Analis mengatakan sektor otomotif Korea Selatan berada di bawah tekanan karena merosotnya penjualan di Tiongkok dan AS. Hyundai Motor kemungkinan untuk mengalami penurunan lebih lanjut dalam laba bersih karena meningkatnya kerugian kredit dan biaya pendanaan.
Mata uang lokal diperdagangkan pada 1,131.25 won terhadap dolar AS, turun 6,85 won dari penutupan sesi sebelumnya.
Sedangkan indeks Kospi berjangka terpantau turun -2,00 poin atau -0,71 persen pada 278.95, turun dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya pada 280.95.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan pada perdagangan selanjutnya, indeks Kospi berpotensi bergerak lemah terpengaruh pelemahan bursa Wall Street dan Asia. Indeks diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Support 275.74-273.75, dan jika naik akan menembus kisaran Resistance 281.89-284.73.
Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang