Bursa saham Asia bergerak mixed, dengan kenaikan yang solid di Australia dan Selandia Baru diimbangi oleh kelemahan di Tiongkok, Hong Kong dan Korea Selatan menjelang keputusan kebijakan Federal Reserve.
Indeks saham di kawasan tersebut telah naik sebelumnya setelah Dow Jones Industrial Average dan S & P 500 Index berakhir pada level tertinggi sepanjang masa karena saham teknologi rebound. Rilis data ekonomi dari Tiongkok sebagian besar sejalan dengan perkiraan, sementara sterling sedikit melemah setelah naik untuk pertama kalinya paska pemilihan umum di Inggris. Minyak kembali mengalami penurunan karena data industri menunjukkan stok minyak mentah A.S. meningkat.
Sebuah rebound pada saham teknologi yang terjadi pada hari Selasa di Asia berlanjut ke perdagangan A.S., memulihkan apa yang menjadi pendorong utama kenaikan ekuitas global. Drama di Washington terus meminta perhatian, dengan Jaksa Agung A.S. Jeff Sessions memberi kesaksian kepada anggota parlemen bahwa dia tidak pernah berbicara dengan pejabat Rusia mengenai “jenis gangguan apapun” dengan kampanye presiden 2016. Dia menolak berkomentar mengenai percakapan yang dia lakukan dengan Presiden Donald Trump, dengan mengatakan bahwa melakukan hal itu berpotensi menolak hak presiden untuk mengklaim hak istimewa eksekutif.
Pembuat kebijakan Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan untuk kedua kalinya tahun ini pada hari Rabu, karena itu sudah diantisipasi secara luas oleh pasar.
Bank sentral di Jepang, Swiss dan Inggris juga dijadwalkan untuk mempertimbangkan keputusan kebijakan moneternya pada minggu ini.
Penjualan ritel Tiongkok naik 10,7 persen tahun ke tahun di bulan Mei, sejalan dengan perkiraan, sementara produksi industri naik 6,5 persen versus 6,4 persen yang diharapkan.
Indeks kepercayaan konsumen Westpac Australia turun 1,8 persen menjadi 96,2 untuk bulan Juni. Sebuah laporan mengenai pasar pekerjaan Australia akan dirilis hari Kamis besok.
Korea Selatan melaporkan bahwa pengangguran turun menjadi 3,6 persen di bulan Mei, di bawah perkiraan paling optimis, dari 4 persen di bulan April. Defisit neraca berjalan Selandia Baru melebar menjadi 3,1 persen.
Saham
Shanghai Composite Index dan Hang Seng Index turun 0,5 persen pada pukul 10:36 pagi di Hong Kong, sementara indeks Kospi di Korea Selatan turun 0,3 persen. MSCI Asia Pacific ex-Jepang turun 0,2 persen.
Indeks Topix naik kurang dari 0,1 persen. Ekuitas Australia menguat untuk hari keempat, naik 0,6 persen.
S & P 500 menambahkan 0,5 persen pada hari Selasa sementara Dow naik 0,4 persen. Nasdaq 100 naik 0,8 persen, rebound dari penurunan terburuk dua hari di tahun ini.
Mata uang
Pound sedikit melemah pada $ 1,2750 setelah menguat 0,8 persen pada Selasa, didorong oleh data yang menunjukkan inflasi Inggris kembali naik untuk bulan Mei lalu.
Indeks Spot Bloomberg Dollar menggelar retret 0,2 persen hari Selasa. Yen turun 0,1 persen pada 109,99 per dolar.
Dolar Selandia Baru turun 0,1 persen menjadi 72,16 sen A.S. dan Aussie sedikit berubah pada 0,7534. Won Korea Selatan, mata uang terkuat Asia tahun ini, naik 0,2 persen menjadi 1,126.40 per dolar.
Komoditi
Minyak mentah berjangka West Texas merosot 1 persen menjadi $ 45,99 per barel. Persediaan A.S. naik sebesar 2,75 juta barel pekan lalu, demikian data yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute.
Selasti Panjaitan/ VMN/VBN/ Senior Analyst Stocks-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang