Bursa saham Tiongkok jatuh pada akhir perdagangan saham hari Rabu (28/06), karena komentar Premier Li Keqiang yang menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan pengetatan peraturan.
Indeks Shanghai merosot -17,29 poin, atau -0,54 persen, ditutup di level 3137,90.
Sebagian besar sektor kehilangan posisi, dipimpin oleh saham real estat dan konsumen yang rally akhir-akhir ini.
Tiongkok mampu mencapai target pertumbuhan setahun penuh dan mengendalikan risiko sistemik meski ada tantangan, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan pada hari Selasa, bahwa untuk mempertahankan pertumbuhan jangka menengah hingga jangka panjang tidak akan mudah.
Tiongkok menargetkan pertumbuhan 6,5 persen tahun ini. Perekonomian yang tumbuh 6,9 persen pada kuartal pertama, umumnya bertahan pada pijakan yang solid di bulan Mei, namun kebijakan moneter yang lebih ketat, membuat sektor perumahan akan meredup dan perlambatan investasi memperkuat pandangan bahwa pasar secara bertahap akan kehilangan momentum dalam beberapa bulan mendatang.
Li mengatakan bahwa Tiongkok telah mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko keuangan.
Namun, tanda-tanda keinginan asing yang kuat sudah terlihat pada saham blue chip Tiongkok, setelah keputusan MSCI memasukkan 222 saham ke saham-A di pasar negara berkembang.
Penyertaan MSCI akan membantu menstabilskan pasar saham Tiongkok, dan regulator sekuritas Tiongkok juga akan berusaha mengurangi ketidakpastian kebijakan dan akan menyesuaikan mekanisme kontrol modal jika perlu untuk mempercepat investasi asing di saham-A.
Malam nanti akan dirilis data persediaan minyak mentah mingguan yang diindikasikan masih menurun. Jika terealisir akan menguatkan harga minyak mentah. Juga akan dirilis data Pending Home Sales Mei yang diindikasikan meningkat. Jika hasil ini terealisir akan menguatkan bursa Wall Street.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan indeks Shanghai akan bergerak positif jika bursa Wall Street menguat.
Evi/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang