Konsumen di Inggris telah mengalami penurunan kepercayaan yang tajam dalam menghadapi kenaikan inflasi dan melemahnya pertumbuhan upah, sebuah survei menunjukkan pada hari Jumat (30/06), tiga minggu setelah pemilihan nasional yang tidak meyakinkan di negara tersebut.
Ukuran bulanan kepercayaan konsumen yang dipublikasikan oleh perusahaan riset pasar GfK merosot ke -10, lebih lemah dari perkiraan median -7 dalam jajak pendapat ekonom oleh Reuters.
Angka ini adalah pembacaan terendah sejak Juli 2016, tak lama setelah Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa.
Joe Staton, kepala dinamika pasar di GfK, mengatakan bahwa belanja konsumen yang kuat telah menopang ekonomi sejak Juni lalu namun sekarang tekanan kembar dengan harga yang lebih tinggi dan pertumbuhan upah yang lamban meremas anggaran rumah tangga dan menambah kekhawatiran meluasnya ekonomi yang dilanda Brexit.
Ukuran bagaimana konsumen bersedia membeli barang-barang mahal merosot menjadi +1 dari +9 di bulan Mei, berpotensi meningkatkan lonceng alarm untuk pengecer.
Survei tersebut menimpali dengan ukuran kepercayaan konsumen lain yang dipublikasikan oleh perusahaan pemungutan suara YouGov awal pekan ini yang menyematkan suasana hati yang suram pada hasil pemilihan Inggris yang berantakan dan melemahnya pasar perumahan.
Perekonomian Inggris pada awalnya bertahan akibat keputusan untuk meninggalkan UE. Namun, tekanan yang meningkat pada pengeluaran daya dari mata uang yang lemah yang mendorong inflasi menyebabkan perlambatan pertumbuhan yang tajam di awal tahun ini.
Inflasi diperkirakan akan menembus 3 persen segera sementara pertumbuhan upah melambat menjadi di bawah 2 persen.
Bank of England berpikir akan ada kenaikan investasi oleh bisnis dan ekspor yang akan mengimbangi banyak hambatan dari pengeluaran konsumen yang rendah, yang berpotensi membuka jalan bagi kenaikan suku bunga pertamanya dalam satu dekade.
Data resmi yang akan dipublikasikan pada 0830 GMT pada hari Jumat diperkirakan akan mengkonfirmasi pertumbuhan ekonomi hanya 0,2 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2017, dibandingkan dengan kuartal terakhir tahun 2016.
Para ekonom juga mengamati pembacaan sektor jasa besar Inggris yang dilakukan pada bulan April yang, dapat membantu menunjukkan apakah ekonomi memulihkan momentumnya pada awal kuartal kedua.
Indeks GfK didasarkan pada survei terhadap 2.000 orang yang dilakukan antara 1 Juni hingga 15 Juni oleh Komisi Eropa.
Doni/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang