Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Tetap; Pertumbuhan Ekonomi Global Membaik

680
Survei BI Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan

(Vibiznews – Business & Economy) Bank Indonesia pada hari Kamis (16/11) mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah mempertimbangkan membaiknya pertumbuhan ekonomi global dan domestik.

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,25%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,50% dan Lending Facility tetap sebesar 5,00%, berlaku efektif sejak 17 November 2017.

Bank Indonesia, seperti yang dilansir dalam situsnya menyatakan mengambil keputusan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan, serta mendorong laju pemulihan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik.

Bank Indonesia menyatakan perekonomian dunia diperkirakan meningkat sebesar 3,6% pada 2017 dan 2018 seiring dengan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, Jepang dan Eropa yang lebih tinggi dari perkiraan, serta perekonomian AS yang tetap kuat. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan lebih baik didukung oleh ekspor dan permintaan domestik yang masih tinggi dan meningkatnya keyakinan konsumen. Pertumbuhan ekonomi Jepang juga diproyeksikan lebih tinggi dari perkiraan semula seiring berlanjutnya pemulihan ekspor

Sedangkan dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 tercatat 5,06% (yoy), meningkat dibandingkan dua triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 5,01% (yoy). Membaiknya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 tersebut diikuti dengan struktur yang lebih berimbang seiring dengan meningkatnya kinerja ekspor dan investasi, baik Pemerintah maupun swasta.

Tingkat suku bunga kebijakan saat ini dipandang memadai untuk menjaga laju inflasi sesuai dengan sasaran dan defisit transaksi berjalan pada level yang sehat. Sementara itu, perekonomian domestik tetap tumbuh dengan struktur yang lebih berimbang. Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang berasal dari global terkait rencana pengetatan kebijakan moneter di negara ekonomi maju, maupun risiko dari domestik antara lain belum kuatnya peningkatan konsumsi rumah tangga dan intermediasi perbankan.

Asido Situmorang/VMN/VBN/Editor & Senior Analyst Vibiz Research Center

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here