(Vibiznews – Index) Bursa saham Tiongkok mengalami kerugian besar pada Kamis (23/11) menyusul peraturan likuiditas baru di negara tersebut dan karena investor global memilih aset safe haven seperti obligasi pemerintah.
Indeks Komposit Shenzhen ditutup turun 2,9 persen dan indeks komposit Chinext teknologi kapital besar kehilangan 2,77 persen. Indeks Komposit Shanghai turun 2,2 persen dengan sektor teknologi, konsumer non-siklis dan perawatan kesehatan mencatat kerugian paling tajam pada hari itu.
Sementara indeks blue-chip CSI 300 turun 2,9 persen menjelang akhir hari, penurunan satu hari terbesar dalam persentase sejak 13 Juni 2016, menurut Reuters. Indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir sekitar 1 persen, sehari setelah ditutup di atas angka 30.000 untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Perusahaan Tiongkok mendapat tekanan sejak pemerintah mulai memperketat peraturan tentang pinjaman. Secara khusus, minggu lalu, regulator perbankan menyiapkan seperangkat peraturan baru untuk mengawasi hubungan antara kreditur komersial dan pemegang saham mereka. Pihak berwenang juga telah memperkenalkan langkah-langkah lain, seperti pembatasan pinjaman ke sektor shadow banking, dan ada pandangan umum bahwa Tiongkok meningkatkan deleveraging ekonomi domestiknya.
Sementara itu, ada juga laporan yang menyatakan bahwa penurunan tajam juga disebabkan oleh menguatnya harga obligasi dengan dolar juga turun dalam semalam setelah risalah dari pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve. Kamis juga merupakan hari yang sepi untuk perdagangan saham di seluruh dunia, dengan bursa saham A.S. dan Nikkei Jepang tutup.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Tiongkok akan tertekan dengan peraturan baru tentang pinjaman, sementara liburnya bursa AS juga memberikan pengaruh dorongan sentimen. Namun perlu dicermati upaya bargain hunting investor memanfaatkan bursa yang telah merosot.
Asido Situmorang/VMN/VBN/Editor & Senior Analyst Vibiz Research Center