(Vibiznews – Forex) Dolar AS jatuh terhadap sebagian besar mata uang pada akhir perdagangan Selasa dinihari (13/03), tertekan oleh rendahnya data tingkat upah yang dapat membatasi Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih dari tiga kali tahun ini.
Laporan non farm payrolls Jumat menunjukkan kenaikan pekerjaan A.S. untuk bulan Februari jauh lebih tinggi dari perkiraan, namun inflasi upah, indikator yang dipantau ketat oleh the Fed, tetap lemah.
Rata-rata pendapatan per jam naik tipis empat sen atau 0,1 persen menjadi $ 26,75 di bulan Februari, sebuah penurunan dari kenaikan 0,3 persen di bulan Januari. Hal itu menurunkan kenaikan rata-rata per jam rata-rata per tahun menjadi 2,6 persen dari 2,8 persen pada Januari.
Dolar AS juga berjuang sebagai akibat ketidakpastian proteksionisme perdagangan A.S., kata analis, setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif impor baja dan aluminium, kecuali yang berasal dari Meksiko dan Kanada.
Pada perdagangan sore, dolar turun 0,36 persen terhadap yen menjadi 106,39 yen, dan turun 0,20 persen pada 1,1682 franc versus mata uang Swiss.
Yen yang cenderung berkinerja baik ketika pasar cemas, menguat karena para pedagang mengamati dugaan penutupan skandal kronisme yang melibatkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan sekutu dekatnya, Menteri Keuangan Taro Aso.
Sedangkan Euro menguat 0,22 persen terhadap dolar AS menjadi $ 1,2332, mendorong indeks dolar turun 0,19 persen pada 89,92.
Setelah awal yang kuat untuk 2018, euro tetap di bawah puncak tiga tahun yang dicapai pada bulan Februari sebesar $ 1,2556.
Pertemuan bank sentral yang lebih dovish dari perkiraan minggu lalu terus membebani mata uang tunggal tersebut.
Euro jatuh pekan lalu karena Bank Sentral Eropa mengatakan ekspektasi inflasi tetap terkendali dan bahwa kebijakan moneter akan tetap “reaktif”.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan indeks dolar AS masih akan bergerak lemah dengan rendahnya tingkat upah dan kekuatiran perang dagang. Namun jika malam nanti data inflasi AS menunjukkan kenaikan seperti yang diindikasikan, akan menguatkan dolar AS.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group