(Vibiznews – Forex) Dolar AS jatuh pada akhir perdagangan hari Selasa dinihari (03/04) dalam perdagangan tipis karena Tiongkok memberlakukan tarif ekstra pada produk AS, meningkatkan kekuatiran perang dagang kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini.
Volume tipis karena beberapa pasar Eropa masih tutup untuk liburan Paskah.
China telah mengenakan tarif tambahan hingga 25 persen pada 128 produk AS termasuk daging babi beku, serta pada anggur dan buah-buahan dan kacang-kacangan tertentu, sebagai tanggapan terhadap tindakan AS mengenakan impor aluminium dan baja, demikian kementerian keuangan China mengatakan.
Tarif berlaku pada hari Senin, sesuai dengan daftar tarif potensial hingga $ 3 miliar barang AS yang diterbitkan oleh China pada 23 Maret.
Pelemahan dolar AS juga dipengaruhi oleh penurunan data ISM Manufacturing PMI bulan Maret yang membukukan hasil 59,3, dibawah ekspektasi 60, juga dibawah hasil bulan lalu 60,8.
Dolar AS kehilangan 0,14 persen pada 90,02 terhadap sekeranjang enam mata uang utama, mundur dari tertinggi satu minggu dari 90,178 pada Kamis lalu.
Dolar diperdagangkan turun 0,50 persen terhadap yen di 105,73, setelah naik lebih dari 1,5 persen pekan lalu untuk kenaikan mingguan terbesarnya sejak September 2017.
Mata uang AS naik terhadap yen pekan lalu, dibantu oleh tanda-tanda China dan Amerika Serikat duduk bersama untuk menghindari perang dagang besar-besaran, serta harapan untuk sebuah terobosan diplomatik atas program nuklir Korea Utara. Keuntungan dolar terhadap yen dipandang sebagai berumur pendek mengingat ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Pemerintahan Trump diperkirakan akan merilis daftar produk lain untuk ditargetkan pengenaan tarif pada hari Jumat. Langkah AS kemungkinan akan memicu putaran kedua perang dagang dengan China, yang dapat dikenakan termasuk kategori produk strategis-vital seperti kedelai dan pesawat terbang, analis mengatakan.
Selain perang perdagangan potensial, pasar juga fokus pada data AS minggu ini, yaitu laporan non farm payrolls untuk bulan Maret. Laporan dapat menentukan jalur untuk kenaikan suku bunga di masa depan, kata analis.
Euro, sementara itu, turun 0,15 persen pada $ 1,2303.
Meskipun ekspektasi keluar dari stimulus Bank Sentral Eropa telah meningkatkan euro sejak tahun lalu, mata uang telah berada dalam pola bertahan sejak mencapai tertinggi tiga tahun di $ 1,2556 pada 16 Februari, dengan terendah 1 Maret di $ 1,21545 terlihat sebagai level support langsung.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa indeks dolar AS bergerak lemah dengan kekuatiran perang dagang lanjutan AS-Tiongkok.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group