(Vibiznews – Forex) Dolar AS naik pada akhir perdagangan Rabu dinihari (04/04), karena risk appetite membaik dan indeks utama Wall Street menguat, membantu dolar AS stabil setelah penurunan tajam pada hari sebelumnya.
Namun prospek dolar tetap suram karena ketegangan perdagangan global. Dolar AS telah kehilangan 2 persen pada tahun ini sejauh ini.
China pada hari Minggu mengumumkan tarif $ 3 miliar dalam impor makanan AS dan barang-barang lainnya sebagai tanggapan terhadap tarif AS atas impor aluminium dan baja, sebuah pertempuran yang dikuatirkan para investor menjadi awal dari perang dagang yang lebih luas.
Pemerintahan Trump diperkirakan mengumumkan minggu ini tarif sebesar $ 50 miliar hingga $ 60 miliar terhadap impor China. Pada Selasa, duta besar China untuk Amerika Serikat mengatakan Beijing akan mengambil langkah-langkah balasan dalam skala dan proporsi yang sama jika Washington memberlakukan tarif lebih lanjut.
Dalam perdagangan sore, dolar naik 0,14 persen terhadap sekeranjang mata uang menjadi 90,18.
Analis mengatakan investor juga fokus pada data payrolls AS dan komentar oleh Ketua Fed Jerome Powell pada akhir pekan, yang akan membantu menentukan arah jangka pendek dari dolar.
Juga pada hari Selasa, Presiden Fed San Francisco John Williams ditunjuk sebagai kepala Fed New York, sebuah langkah yang diharapkan untuk memperkuat kebijakan kenaikan suku bunga bank sentral AS.
Terhadap yen, yang cenderung menguntungkan pada saat ketidakpastian ekonomi, dolar kehilangan tiga hari kerugian untuk diperdagangkan 0,69 persen lebih tinggi pada 106,60 yen. Pedagang meskipun masih bertaruh pada yen yang lebih kuat dan dolar yang melemah secara luas jika ketegangan perdagangan meningkat.
Dolar juga menguat versus safe haven lain, franc Swiss, naik 0,35 persen menjadi 0,9585 franc.
Euro jatuh setelah survei menunjukkan data manufaktur zona Eropa tersendat untuk bulan ketiga di bulan Maret, meskipun produksi tetap kuat. Euro berakhir turun 0,25 persen pada $ 1,2269.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa indeks dolar AS berpotensi lemah dengan investor waspada dan mencermati perkembangan perang dagang lanjutan AS-Tiongkok.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group