(Vibiznews-Forex) Laporan pekerjaan pada bulan Februari menunjukkan pertambahan 313.000 pekerjaan baru, dengan penambahan 54.000 revisi kenaikan. Namun pertumbuhan penghasilan perjam rata-rata, kurang impresif, hanya bertumbuh 2.6% per tahun dan hanya 0.4% setelah memperhitungkan mengenai inflasi. Jadi meskipun tingkat pengangguran berada pada 4.1%, perusahaan-perusahaan banyak melakukan rekrutmen, pertumbuhan upah absen secara misterius. Menjelang laporan “employment” pada hari Jumat ini, berikut ini adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian.
Ada banyak diskusi mengapa pertumbuhan upah tidak membaik lebih banyak lagi dengan pengangguran yang menurun. Apakah karena kemajuan tehnologi dan globalisasi tenaga kerja melemahkan daya tawar tenaga kerja? Apakah upah tidak bertumbuh dengan lebih cepat karena kenaikan untuk pekerjaan “on demand” seperti supir untuk perusahaan angkutan yang sekarang memperkerjakan lebih daripada 750.000 orang di AS saja? Sampai kapan pengangguran bisa turun di dalam siklus ekonomi seperti sekarang ini?
Menurut Erik Norland dari CME Group, ini adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, sebagian karena ini bukanlah sepenuhnya fungsi daripada ekonomi tenaga kerja; ini juga adalah suatu pertanyaan mengenai kebijakan moneter. Pasar tenaga kerja mungkin bisa semakin dikencangkan tanpa menghasilkan kenaikan inflasi. Jika pertumbuhan upah meningkat lebih cepat dari 2.0% menjadi 2.7% dengan pengangguran turun dari 5.0% menjadi 4.1%, apakah pertumbuhan upah meningkat menjadi 3.4% jika pengangguran turun 20% lagi dari 4.1% menjadi 3.3%?
Terlepas dari kurangnya dorongan terhadap inflasi, Federal Reserve nampaknya berniat untuk mengetatkan kebijakan lebih lanjut. The Fed telah menaikkan tingkat bunga sebanyak enam kali dan mulai menciutkan neraca keuangannya. Jika grafik “dot plot” Fed bisa dipegang, the Fed akan menaikkan dua atau tiga kali lagi di tahun 2018 dan tiga kali di tahun 2019 dan dua kali di tahun 2020. Diatas dari semua itu, the Fed kemungkinan juga akan mempercepat penciutan neraca keuangannya. Hal ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan karena kenaikan tingkat bunga yang telah terjadi sejauh ini telah secara dramatis membuat kurva imbal hasil menjadi bergerak datar. Jika the Fed mengikuti perkiraannya mengenai kecepatan kenaikan tingkat bunga, sampai akhir tahun 2019 kurva imbal hasil akan menjadi datar.
Kabar baiknya adalah bahwa kurva imbal hasil masih belum cukup datar untuk bisa menyebabkan turunnya ekonomi dan naiknya pengangguran. Dengan demikian, tinggi kemungkinannya bahwa ekonomi AS masih akan terus bertumbuh sepanjang tahun 2018 dan mungkin juga sepanjang tahun 2019. Bahkan sekalipun kurva imbal hasil menjadi datar atau melengkung turun sampai akhir dari tahun depan, pengangguran kemungkinan akan masih turun juga sampai tahun 2020.
Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group
Editor: Asido