(Vibiznews – Forex) Dolar AS bergerak lebih tinggi terhadap sekeranjang mata uang pada hari Selasa (15/05) di sesi Asia, setelah potensi perdagangan global AS-China mendorong imbal hasil obligasi AS lebih tinggi.
Indeks dolar versus sekeranjang enam mata uang utama naik 0,1 persen menjadi 92.638, beringsut jauh dari penurunan 92.243 yang terjadi pada hari Senin, yang merupakan terendah untuk indeks dolar sejak 2 Mei.
Imbal hasil obligasi 10 tahun AS stabil di perdagangan Asia pada hari Selasa di 2,999 persen, setelah naik 2 basis poin pada hari Senin.
Imbal hasil obligasi 10-tahun AS telah meningkat lebih tinggi pada hari Senin, karena ketegangan perdagangan mereda pasca janji Presiden AS Donald Trump untuk membantu perusahaan telekomunikasi China ZTE, yang telah dihukum karena melanggar sanksi AS dengan Iran.
Indeks dolar telah mencapai level tertinggi empat bulan 93,416 minggu lalu, karena kenaikan hasil Treasury AS menyoroti kesenjangan suku bunga yang lebar antara Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya, dan mendukung daya tarik dolar.
Meskipun rally dolar telah berkurang setelah data harga konsumen bulan April yang dirilis pekan lalu menimbulkan keraguan apakah Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada 2018, beberapa pedagang tetap optimis tentang prospek jangka pendeknya.
Analis menyatakan kemungkinan dolar AS tetap dengan pandangan positif sampai ada gelombang data ekonomi positif dari negara-negara selain Amerika Serikat, atau sampai Bank Sentral Eropa mulai terdengar terang-terangan memberikan sinyal hawkish bukan hanya sementara saja.
Euro naik tipis 0,1 persen menjadi $ 1,1934, tetapi tetap di bawah level tertinggi hari Senin $ 1,1996, yang merupakan level tertinggi sejak 3 Mei.
Euro telah menguat pada hari Senin setelah pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa Francois Villeroy de Galhau mengatakan bahwa ECB dapat memberikan panduan baru pada waktu kenaikan suku bunga pertama sebagai akhir dari pendekatan pembelian obligasi yang luar biasa.
Meskipun rally dolar baru-baru ini, beberapa analis tetap skeptis tentang kemungkinan dorongan berkelanjutan yang lebih tinggi dalam dolar AS.
Tumbuhnya kekhawatiran tentang defisit anggaran AS, yang diproyeksikan menjadi meningkat hingga lebih dari $ 1 triliun pada tahun 2019 karena pengeluaran royal pemerintah dan pemotongan pajak perusahaan besar, telah meredupkan prospek dolar AS, bersama dengan kekhawatiran tentang defisit transaksi berjalan negara itu.
Terhadap yen, dolar naik 0,1 persen menjadi 109,74 ¥. Dolar AS menghadapi resistensi pada grafik teknis di level sekitar 110,00 yen, setelah menetapkan level tertinggi tiga bulan dari 110,05 yen pada awal Mei.
Investor fokus minggu ini pada pidato oleh pejabat Fed, serta indikator ekonomi seperti data penjualan ritel AS yang akan dirilis pada malam nanti.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan mata uang dolar AS akan bergerak positif dengan positifnya perdagangan AS-China. Namun jika data Retail Sales malam nanti terealisir melemah akan dapat menekan dolar AS.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group