Without Knowing Business Acumen, Enterpreneur Will Fail

4340

Orang yang punya mimpi jadi enterpreneur harus mengenal business acumen. Asal tahu saja, tidak ada enterpreneur yang sukses jika tidak mengerti business acumen. Tanpa mengerti business acumen, dijamin Anda nantinya bisa cuma gaya-gayaan doang jadi enterpreneur dan ujungnya malah kehilangan bisnis Anda.

Saya ingat cerita kerabat saya, tentang salah satu anak pengusaha atau yang bisa dikatakan second generation, ketika dia pegang bisnis orangtuanya, penjualannya tidak berkembang seperti ayahnya. Ayahnya lantas bertanya, dulu zaman Papa dulu sukses, kenapa sama kamu jadi ga sesukses Papa? Dengan mungkin rada ngeles, si anak bilang dulu zaman Papa kan produk Papa langka, jadi orang pada cari, kalau zaman saya kan saingan banyak sekarang. Benarkan sebenarnya perkataan si anak?

Jawabannya sebenarnya tentu tidak. Sang anak yang merupakan second generation tidak sukses melanjutkan bisnis ayahnya karena dia masih belum mengerti business acumen, prinsip yang harus dimengerti seorang enterpreneur, dimana salah satu prinsipnya adalah sang anak harus mengerti inovasi, supaya tidak kalah bersaing dengan kompetitor produk serupa. Saya katakan bahwa enterpreneur harus mengerti business acumen, karena kalau Anda malas mempelajari dan tidak mau mengerti lebih dalam mengenai business acumen, berarti memang Anda tidak siap menjadi enterpreneur sukses dan menghasilkan profit bagi bisnis Anda.

Apakah business acumen itu sendiri? Kalau Anda enterpreneur pintar, bacalah artikel ini baik-baik dan terapkan dalam perusahaan Anda dan bersiaplah meraih profit.

Perlu diketahui, Business Acumen adalah istilah bisnis yang yang bisa dikatakan jarang didengar oleh kebanyakan enterpreneur atau businessman di Indonesia, namun beberapa ahli manajemen sudah mempopulerkannya. Ram Charan seorang Doctor keturunan India, alumni Harvard Business School, adalah salah satu ahli yang menyampaikan istilah ini dalam bukunya ‘What The CEO Wants You To Know’.

Ram Charam mendefinisikan business acumen sebagai kemampuan seseorang untuk mendapatkan atau menghasilkan uang dalam bisnis. Menurut Ram kemampuan ini dimiliki baik oleh tukang buah di pasar sampai konglomerat pemilik bank besar seperti BCA.

Ram sendiri yang pada saat masih kecil dibesarkan dalam keluarga pedagang sepatu di India mengambil kesimpulan tersebut, setelah ia menjalani pekerjaannya sebagai advisor CEO kelas dunia seperti Jack Welch mantan CEO dari General Electric, Larry Bossidy mantan CEO Honeywell, Dick Brown – EDS, John Cleghorn – Royal Bank of Canada, Chad Holliday – Dupont, John Reed – Citicorp.

Ram membandingkan mereka semua dengan pengalamannya semasa kecil, dimana terdapat kesamaan kemampuan yang harus dimiliki pedagang sepatu ataupun CEO kelas dunia.

Kesamaan yang pertama keduanya sama-sama harus pikirkan cash, dari mana cash berasal, dan setiap hari dipikirkan adalah berapa cash yang dipegang, kalau kurang, baik pedagang sepatu atau CEO keduanya harus mencarinya, kalau tidak bisnis bisa berhenti. Kesamaan kedua, adalah berbicara profit margin, keduanya berbicara profit margin, kesamaan ketiga berbicara velocity atau perputaran dari uang, kesamaan keempat adalah growth yang harus terjadi dalam bisnis apapun, yang terakhir adalah customer, yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh jenis bisnis apapun.

Ketika gagasan business acumen ini disampaikan maka menjalankan bisnis menjadi sangat sederhana dan dengan tujuan jelas sekali hanya untuk menciptakan uang. Kemampuan inilah yang harus dimilki oleh seluruh karyawan dari sebuah perusahaan.

Semua strategi, action dan juga decision akan menuju kepada arah yang sama, baik karyawan yang ada di support seperti Sumber Daya Manusia (SDM), Information Technology (IT), Operation, Production, dan banyak lagi, akan searah dengan karyawan yang ada di bisnis, pada akhirnya akan mengarah pada lima elemen bisnis yaitu: cash, profit margin, velocity, growth, customer.

Bagaimana melatih calon enterpreneur atau second generation memiliki kemampuan business acumen ini?

Analis Vibiz Research menyampaikan ada 5 tahap yang diperlukan yang disingkat STORE,

Pertama, miliki kemampuan S- Scanning The Business : seorang enterpreneur harus tahu mengapa business itu ada? Bagaimana operationsnya?

Kedua, T-Taking Financial Info, ini menyangkut kemampuan mengerti bahasa keuangan dan juga laporan keuangan.

Ketiga, kemampuan untuk O-Observe the root cause, apa yang menyebabkan angka-angka keuangan tersebut.

Keempat, adalah kemampuan untuk melakukan inovasi atau R-Rebuild Innovation setelah melihat angka tersebut

Kelima, kemampuan untuk membuat diri sendiri dan team melakukan inovasi tersebut atau disebut E-Enthusiasm The Team.

Jika STORE dilakukan secara terus menerus dalam sebuah perusahaan, maka segala bentuk silo atau keegoisan divisi akan hilang, setiap enterpreneur akan bukan saja menjadi Smart Person, tapi menjadi Smart Business Person.

Karena entrepreneur pintar dan sukses, adalah yang mengerti business acumen dan tahapan STORE.

Tahukah Anda bahwa Business Acumen ini dapat dilatih dan ditajamkan? Untuk informasi lebih lanjut mengenai pelatihan BUILDING BUSINESS ACUMEN TRAINING silahkan menghubungi sdri. Vera 0812.1066832, email: infovblc@vibizconsulting.com atau dapat mengunjungi website kami di www.vibizlearning.com.

Lihat Training Business Accumen :

Bank Ina Perdana, Training Building Business Acumen, Hotel Puri-Denpasar Jakarta, 25-26 Oktober 2017

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here