(Vibiznews – Forex) – Pound Inggris diperkirakan bakal memasuki pergerakan volatilitas yang besar pada awal tahun depan karena negosiasi Brexit yang sedang berlangsung, demikian menurut seorang pakar mata uang kepada CNBC Selasa (7/8) hari ini.
Mata uang poundsterling mungkin akan melihat turunnya nilai hingga 10 persen jika Inggris tidak mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa atas pengaturan perdagangan masa depannya, demikian diungkapkan Thanos Vamvakidis, kepala strategi forex G-10 di Bank of America Merrill Lynch.
“Jika kita tidak mendapatkan kesepakatan, sterling bisa melemah sekitar 10 persen, atau bahkan lebih rendah. Jika Anda mendapatkan kesepakatan, kesepakatan apa pun, sterling bisa naik 10 persen. Saya pikir tidak ada mata uang lainnya yang dapat memiliki gerakan seperti ini dalam beberapa bulan ke depan,” Vamvakidis menambahkan, sebagaimana disampaikan kepada CNBC hari ini (7/8).
Brexit telah menjadi faktor utama yang menggerakkan sterling sejak referendum diambil pada Juni 2016. Mata uang pound telah turun sekitar 13 persen sejak saat itu. Pada Senin lalu, pound juga jatuh ke level terendah 11 bulannya terhadap dolar di level $1.2920 di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar atas Brexit dan risiko bahwa akan tidak tercapainya kesepakatan.
Menteri Perdagangan Inggris, Liam Fox, mengatakan pada Senin bahwa Uni Eropa keras kepala, dan kemungkinan tidak tercapainya kesepakatan mencapai 60 persen. Pada saat yang sama, tensi perdagangan antara AS dan China telah mengokohkan greenback, yang juga berkontribusi menekan pound ke level 11 bulan terendahnya.
Analis Vibiznews melihat pound dapat tergelincir lebih rendah ke level support di 1.2773 dan kemudian ke 1.2558. Jika rebound, level resistance terdekatnya ada di level 1.3212, dan selanjutnya ada di 1.3362.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group
Editor: Asido