(Vibiznews – Forex) – Dolar naik pada hari Kamis karena investor membeli greenback di belakang kekacauan politik di Australia dan setelah keluarnya risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve yang mengindikasikan bank sentral AS ada di jalur untuk menaikkan suku bunga.
Dolar Australia jatuh lebih dari setengah persen setelah kepemimpinan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull bisa hancur menyusul pengunduran diri tiga menteri senior.
Turnbull mengatakan ia akan mengadakan pemungutan suara kepemimpinan kedua pada Jumat jika ia menerima surat yang ditandatangani oleh mayoritas partai Liberal yang berkuasa.
Aussie turun 0,8 persen menjadi $ 0,7293 pada pukul 03:56 GMT, tidak jauh dari terendah 19-bulannya yaitu di $ 0,72025 yang disentuh pada tanggal 15 Agustus lalu.
Greenback juga menemukan dukungan setelah risalah Fed menunjukkan pejabat akan menaikkan suku bunga segera untuk melawan kekuatan ekonomi AS.
Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, naik lebih dari 0,3 persen menjadi 95,453. Indeks ini sempat bergerak turun ke dekat-tiga minggu terendah yaitu 94,934 semalam.
Euro turun sekitar 0,4 persen pada $ 1,1551, bergerak dari dua minggu tertinggi di $ 1,1623 yang dicapai semalam. Mata uang umum yang lain telah naik selama enam sesi berturut-turut terhadap greenback.
Saat kepemimpinan Liberal tergoncang pada hari Selasa, dolar Australia menjadi mata uang negara-negara G10 terlemah – meskipun data konstruksi Q2 yang keluar pada hari Rabu menunjukkan penguatan, fakta ini yang menunjukkan contoh langka bahwa Aussie dapat tergoncang oleh risiko politik.
Pada pukul 04:17 GMT, yen telah jatuh 0,27 persen menjadi 110,84 didukung naiknya permintaan akan safe haven untuk dolar dan juga karena harapan akan naiknya suku bunga AS akan mengurangi permintaan untuk mata uang Jepang.
Nilai tukar yuan di pasar off shore 0,36 persen lebih lemah pada 6,8734 yuan per dolar sekitar 40 menit setelah putaran tarif terbaru diberlakukan.
Pound Inggris menyerah sekitar 0,4 persen menjadi $ 1,2864 setelah pasar melihat tidak adanya harapan akan tercapainya perkembangan yang lebih baik mengenai kesepakatan Brexit.
Selasti Panjaitan/VBN/Coordinating Partner of Wealth Planning Services
Editor : Asido Situmorang