Dolar Australia atau biasa disebut aussie yang merupakan mata uang negara federal yang beryield tinggi dan sering terpengaruh dengan harga komoditas dan juga kondisi ekonomi Tiongkok selain pergerakan dollar AS. Sepanjang tahun 2018, aussie telah terdepresiasi cukup besar dengan penurunan 8 persen lebih.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada grafik pergerakan perdagangan aussie dan dollar AS AUDUSD secara bulanan dibawah ini:
Demikian juga selama sebulan terakhir dolar Australia telah jatuh dari sekitar $0.74 ke $0.71 dan sekarang menetap sekitar $0.715. Secara fundamental, buruknya kondisi aussie dipengaruhi oleh ketidakpastian politik menyusul perubahan kepemimpinan baru-baru ini di pemerintah Federal negara tersebut.
Pengaruh dari dalam ekonomi Australia, investor asing tetap gelisah tentang pasar perumahan Australia karena utang rumah tangga Australia yang tinggi dan keterjangkauan yang terbentang.
Selain itu perkembangan ekonomi yang mengecewakan di Eropa, perlambatan yang sedang berlangsung di Cina dan beberapa ketidakstabilan di antara beberapa negara berkembang. Sementara perselisihan perdagangan antara AS dan China dapat meningkat dan mempengaruhi secara global yang mendorong penurunan tajam aussie baru-baru ini.
Untuk pergerakan selanjutnya, analis Vibiz Research Center memperkirakan akan terjadi penurunan lanjutan aussie terhadap dollar AS pada tahun 2019. Pasalnya The Fed akan mengetatkan empat kali lagi kebijakannya yang akan segera berakhir pada Juni tahun depan. Peningkatan suku bunga Fed lebih lanjut pada tahun 2019 akan memperpanjang perbedaan suku bunga di luar pandangan bank sentral Australia dan memberikan tekanan tambahan pada aussie apalagi jika harga ekspor bertahan.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang