(Vibiznews – Index) Bursa Saham Asia berakhir mixed pada hari Jumat (19/10) setelah pertumbuhan PDB China untuk kuartal ketiga 2018 melambat.
Setelah pagi yang bergejolak, pasar China rebound kuat, mengikuti serangkaian tindakan oleh regulator sekuritas China untuk mendukung pasar saham yang kesulitan.
Indeks Shanghai melonjak 2,58 persen menjadi ditutup pada sekitar 2.550,47, dan indeks Shenzhen melonjak 2,58 persen untuk mengakhiri hari perdagangan di sekitar 1,263.81. Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,42 persen pada 25561.40.
Aksi jual di pasar China daratan telah terjadi selama sesi sebelumnya pada hari Kamis, dengan Shanghai mencapai titik terendah sejak November 2014 pada Kamis pagi.
Di Korea Selatan, indeks Kospi juga melihat pemulihan dari kerugian sebelumnya, naik 0,37 persen menjadi ditutup pada 2.156,26.
Namun di Jepang, indeks Nikkei 225 tergelincir 0,56 persen menjadi ditutup pada 22.532,08, sedangkan indeks Topix turun 0,69 persen untuk mengakhiri minggu perdagangan di 1.692,85.
Indeks ASX 200 pulih dari sebagian besar kerugian sebelumnya tetapi masih ditutup sedikit lebih rendah pada 5,939.5, dengan subindex keuangan melihat kenaikan 0,43 persen.
Saham sebagian besar bank Australia melihat kenaikan, dengan pengecualian National Australia Bank, yang melihat penurunan 0,27 persen. CEO NAB, Andrew Thorburn sebelumnya telah mengumumkan bahwa sekitar 300 stafnya telah dipecat atau meninggalkan perusahaan setelah penyelidikan internal terhadap kesalahan.
China merilis angka PDB untuk kuartal ketiga 2018, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 6,5 persen tahun ke tahun.
Pengumuman PDB terbaru oleh ekonomi terbesar kedua di dunia meleset dari perkiraan untuk 6,6 persen pada kuartal dari Juli hingga September dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut analis yang disurvei oleh Reuters. Itu adalah angka terlemah sejak kuartal pertama 2009.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Asia untuk perdagangan selanjutnya senin mendatang akan mencermati pergerakan bursa Wall Street yang berpotensi lemah jika data Existing Home Sales AS terealisir lemah juga kekuatiran kenaikan suku bunga dan perang dagang AS-China dapat menekan bursa AS ini.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group