(Vibiznews – Index) – Perdagangan bursa saham AS kembali merugi untuk hari kedua berturut pada Kamis (20/12) yang berakhir 2 jam lalu (21/12) setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan dan juga mendapatkan tekanan dari kekhawatiran terjadinya shutdown pemerintah AS.
Aksi jual saham besar-besaran kembali terjadi jelang sesi terakhir setelah Presiden Donald Trump mengatakan kepada DPR tidak mau menandatangani RUU pengeluaran jangka pendek yang disetujui oleh Senat karena kurangnya dana untuk pembangunan tembok perbatasan kontroversialnya. Aksi jual tersebut mengirimkan indeks saham utama jatuh ke level terendah dalam lebih dari setahun.
Semua indeks utama yang sejak awal sesi sudah negatif berakhir di zona merah seperti indeks Dow Jones merosot 464,06 poin atau 2 persen, indeks Nasdaq jatuh 108,42 poin atau 1,6 persen dan indeks S & P 500 merosot 39,54 poin atau 1,6 persen.
RUU Senat yang disahkan oleh pemungutan suara Rabu (19/12) malam akan mendanai lembaga-lembaga penting pemerintah sampai 8 Februari tetapi mendorong perdebatan tentang pendanaan untuk tembok perbatasan Meksiko ke Kongres berikutnya.
Ketidaksediaan Presiden Trump untuk menandatangani RUU Senat datang ketika anggota parlemen menghadapi tenggat waktu 21 Desember untuk mendanai lembaga-lembaga penting pemerintah seperti Departemen Keamanan Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Departemen Dalam Negeri.
Kemudian muncul kekhawatiran prospek pembicaraan perdagangan AS-China setelah Departemen Kehakiman mengumumkan dakwaan kriminal dari dua peretas komputer yang terkait dengan pemerintah China. Berita ini juga memberi tekanan kepada perdagangan saham.
Tekanan lainnya juga datang dari kalender ekonomi forex yang mengecewakan telah menambah kekhawatiran tentang rencana Fed mengetatkan kebijakan tahun 2019 di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi global. Yaitu data klaim pengangguran awal untuk periode pekan yang berakhir 15 Desember, naik menjadi 214.000, meningkat 8.000 dari tingkat tidak direvisi pekan sebelumnya sebesar 206.000.
Untuk pergerakan saham sektoral, saham sektor energi yang tertekan cukup kuat oleh anjloknya kembali harga minyak mentah seperti saham Philadelphia Oil Service Index anjlok sebesar 4,9 persen.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang