(Vibiznews – Index) – Perdagangan saham di bursa Amerika hari kedua di tahun 2019 hari Kamis (03/01) kembali anjlok tajam oleh tekanan lemahnya saham-saham teknologi pasca pengumuman penurunan proyeksi pendapatan perusahaan Apple Inc. awal tahun. Apple menyalahkan kondisi perdagangan dengan China pemicu turunnya bisnis mereka, hal ini memberikan sentimen negatif pasar akan kondisi ekonomi global.
Indeks Dow Jones turun 660,02 poin atau 2,8 persen karena tekanan saham Apple memimpin penurunan. S & P 500 turun kembali 2,47 persen karena sektor teknologi turun 5,07 persen. Demikian indeks Komposit Nasdaq jatuh 3 persen menghentikan kenaikan beruntun lima hari, karena saham Apple anjlok hampir 10 persen. Perdagangan hari Kamis menandai sesi terburuk Apple sejak 2013
Selain saham Apple, beberapa saham teknologi yang anjlok parah yaitu saham Chip Advanced Micro Devices, Nvidia, Skyworks dan Qvo semuanya jatuh karena peringatan Apple. Skyworks kehilangan lebih dari 10 persen.
Peringatan Apple juga menyeret perusahaan lain yang melakukan bisnis besar di Cina yaitu Saham Caterpillar turun di bawah 3,9 persen. Saham Boeing turun 4 persen. Saham Delta Air Lines turun hampir 9 persen. Penurunan Delta menyeret American Airlines dan United Continental, ketika mereka menarik kembali 7,5 persen dan 5 persen.
Anjloknya indeks saham Wallstreet juga di dipercepat oleh laporan Institute for Supply Management terhadap aktivitas produksi manufaktur pada bulan Desember yang menunjukkan penurunan yang jauh lebih besar dari yang diharapkan oleh indeks aktivitasnya di sektor manufaktur. Indeks turun menjadi 54,1 pada Desember setelah naik menjadi 59,3 pada November, merosot level terendah sejak mencapai 53,4 pada November 2016.
Buruknya perdagangan saham Amerika yang membuat indeks jatuh tajam oleh alasan pembuat iPhone lemahnya bisnis mereka yang menyalahkan ekonomi yang melambat, memberikan ketakutan ekonomi global bisa melambat karena perang perdagangan yang sedang berlangsung jadi meningkat.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang