Orang Amerika Berpikir Kini Bukan Saat Tepat Membeli Rumah; Ada Apa?

853

(Vibiznews – Property) – Bagian dari orang Amerika yang berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membeli rumah telah turun tajam, demikian menurut survei bulan Desember 2018 dari penyalur besar KPR Fannie Mae. Pemicunya terutama karena naiknya suku bunga KPR dan dan kenaikan harga rumah. Konsumen memandang harga rumah sangat mahal saat ini, terkait dengan tingkat penghasilan, sementara masih sangat sedikit rumah-rumah yang dijual untuk para pemula.

Dikutip dari CNBC hari ini (8/01), disebutkan sekalipun harga rumah telah lebih tinggi dari setahun lalu, namun laju kenaikannya melambat. Survei menemukan juga bahwa porsi orang yang berpikir bahwa harga rumah akan naik lagi telah berkurang, dan mereka yang berharap suku bunga KPR akan turun nampaknya tetap.

Suku bunga memang turun agak tajam di bulan Desember, dari rata-rata 4,85 persen menjadi 4,61 persen, demikian menurut Mortgage News Daily. Namun, ekspektasi di pasar keuangan di AS adalah tingkat bunga KPR akan tetap naik sepanjang tahun 2019, dan penurunan di Desember hanyalah koreksi sementara. Tetap saja, tingkat bunga telah naik dibandingkan setahun lalu.

Penjualan rumah baru dan second terpantau mendatar tahun 2018. Disebutkan hanya menjangkau kelompok pembeli potensial. Kombinasi dari suku bunga yang naik dan harga rumah yang overheated selama dua tahun terakhir telah membuat pembelian rumah bertambah sulit, terutama lagi untuk kelompok pemula yang perlu menabung dalam membayar uang muka.

Kenaikan bunga KPR juga membuat banyak penjual potensial menahan produk mereka. Hal ini telah menyebabkan rendahnya pasokan rumah. Walau demikian, perlambatan penjualan bisa saja membantu kesehatan pasar perumahan di Amerika untuk tahun 2019 ini, demikian rilis dari CNBC hari ini (8/01).

 

Analis Vibiznews melihat fenomena yang sama bisa saja terjadi di pasar perumahan di Indonesia. Harga tanah perumahan terus saja melaju cepat, terutama di kota-kota besar. Akibatnya harga rumah yang ditawarkan para developer terus menanjak, melampaui pertumbuhan penghasilan masyarakat. Di sisi lain, bunga KPR juga telah terkerek naik beberapa kali di tahun 2018, seiring dengan kenaikan bunga dari BI. Suku bunga KPR dan KPA terpantau telah menanjak dari satu digit ke double digit pada akhir tahun 2018. Fenomena ini, praktis sama dengan di Amerika tadi.

Dalam kondisi demikian, ditambah lagi dengan situasi politik menuju pilpres dan pileg pada April 2019 nanti, membuat pasar properti yang sedang “soft” dewasa ini semakin berat bagi para pengembang. Beberapa pengembang besar mengupayakan subsidi bagi calon konsumennya. Atau juga, disiasati dalam bentuk kerjasama bank-bank agar tersedia KPR/KPA dengan DP lebih rendah dan tenor (periode kredit) yang lebih panjang.

 

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here