(Vibiznews – Forex) – Mengakhiri perdagangan forex awal pekan beberapa saat lalu (29/01) hanya mata uang safe haven yang mendapat keuntungan oleh beralihnya sentimen perdagangan ke safe haven seiring anjloknya bursa saham Eropa dan Amerika Serikat.
Posisi dolar AS di akhir perdagangan hanya menguat tipis terhadap poundsterling dalam pair GBPUSD dan terhadap aussie dalam AUDUSD. Sebaliknya anjlok terhadap yen Jepang, euro dan juga swiss franc. Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap rival utamanya hanya melemah tipis.
Sentimen yang mempengaruhi pasar forex kemarin yaitu kehati-hatian investor tentang posisi baru menjelang pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve dan juga lanjutan pembicaraan perdagangan antara China dan Amerika Serikat.
Para pembuat kebijakan Fed di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memulai pertemuan mereka pada hari ini. Mereka diharapkan memberi sinyal jeda dalam pengetatan moneter dan mengakui meningkatnya risiko ekonomi global.
Permintaan safe-haven untuk dolar menurun karena pemerintah AS berencana membuka kembali operasional pemerintahannya setelah penutupan yang lama, dan investor bersiap-siap untuk mendapatkan angka ekonomi yang buruk.
Kondisi mata uang lainnya, kurs euro mencapai level tertinggi 10 hari terhadap dolar AS karena investor mengkonsolidasikan posisi sebelum pemungutan suara di parlemen Inggris pada hari ini untuk memecahkan masalah kebuntuan Brexit. Fundamental euro cukup rapuh pasca data ekonomi baru-baru ini dari Jerman dan Perancis serta proyeksi kebijakan Bank Sentral Eropa yang dovish.
Poundsterling menurun setelah kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari 15 bulan. Dengan Britania Raya ditetapkan untuk meninggalkan Uni Eropa 29 Maret, anggota parlemen akan memberikan suaranya di parlemen pada hari ini atas persyaratan untuk Brexit.
Yen Jepang menguat oleh pijakan safe havennya karena secara fundamental mata uang ini sangat mengecewakan apalagi pekan lalu bank sentral Jepang tidak melakukan perubahan kebijakan moneternya namun menurunkan proyeksi inflasinya.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang