(Vibiznews – Forex) – Mengakhiri perdagangan forex sesi Amerika beberapa saat lalu pada hari Rabu (13/02), akhirnya dolar jatuh dari rally 8 hari beruntun yang terpanjang dalam dua tahun dan sempat sempat mencapai puncak tinggi dalam 2 bulan. Sentimen pasar global berubah sehingga memburu aset resiko karena meningkatnya harapan terobosan dalam pembicaraan perdagangan AS-China.
Mata uang utama yang menjadi rival dolar AS berhasil rebound kuat kecuali mata uang safe haven yen Jepang akibat perubahan sentimen pasar yang memburu pasar saham, dimana bursa saham global sedang meraup untung oleh aksi bargain hunting.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap rival utamanya ditutup pada posisi 96,72 atau turun sekitar 0,2% dari perdagangan sebelumnya. Namun indeks di sesi asia sempat turun ke posisi tertinggi di 97.20 dan posisi terendah di 96.86 setelah awal sesi dibuka pada posisi 97.05.
Terhadap Euro, dolar melemah ke 1,1329 setelah naik ke 1,1259 posisi tertinggi tiga bulan. Terhadap Poundsterling Inggris, dolar turun ke 1.2896, setelah naik ke 1.2833, posisi tertinggi tiga minggu. Terhadap Franc Swiss, dolar diperdagangkan pada 1,0061, setelah bergerak ke 1,0036 sebelumnya.
Dalam berita ekonomi semalam, sebuah laporan dari Departemen Perdagangan menunjukkan defisit perdagangan AS menyempit jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan pada bulan November. Defisit perdagangan menyempit menjadi $49,3 miliar pada November dari revisi $55,7 miliar pada Oktober.
Kemudian ada data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja bahwa klaim pertama kali untuk tunjangan pengangguran AS turun pada minggu yang berakhir 2 Februari setelah lompatan yang terlihat pada minggu sebelumnya. Laporan itu mengatakan klaim pengangguran awal turun menjadi 234.000, penurunan 19.000 dari tingkat yang tidak direvisi minggu sebelumnya 253.000.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang
