Bursa Asia Berakhir Mixed; Ketegangan Perdagangan AS-China Muncul Lagi

723

(Vibiznews – Index) Bursa Saham Asia berakhir mixed pada Selasa (19/02) di tengah ketegangan geopolitik yang baru, dengan China menuduh AS memicu kekhawatiran keamanan cybersecurity.

Investor juga menunggu perkembangan pertemuan perdagangan AS-China. Gedung Putih mengatakan pada hari Senin bahwa pembicaraan perdagangan antara kedua kekuatan ekonomi akan berlanjut di Washington pada hari Selasa, dengan negosiasi tingkat yang lebih tinggi mulai akhir pekan ini.

Pasar China daratan sebagian besar tidak berubah, dengan indeks Shanghai naik sedikit menjadi ditutup pada 2.755,65. Indeks Shenzhen naik 0,184 persen menjadi ditutup pada 1.443,60.

Indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir 0,42 persen pada 28228.13. Saham HSBC yang terdaftar di Hong Kong turun 1,48 persen setelah bank mengumumkan laba 2018 yang meleset dari ekspektasi.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,1 persen menjadi ditutup pada 21.302,65 dan Topix 0,28 persen lebih tinggi untuk menyelesaikan hari perdagangannya di 1.606,52, karena saham Fast Retailing tergelincir 0,63 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,24 persen menjadi ditutup pada 2.205,63.

Indeks ASX 200 di Australia naik 0,28 persen menjadi ditutup pada 6.106,90. Namun saham perusahaan suplemen kesehatan Blackmores anjlok 24,85 persen setelah perusahaan mengeluarkan prospek yang lebih lemah untuk paruh kedua tahun fiskal di belakang kekhawatiran atas penjualannya di China.

Pemerintah China mengatakan pada hari Senin bahwa AS sedang berusaha untuk membatasi pengembangan teknologinya dengan mengklaim bahwa peralatan jaringan seluler China mungkin menimbulkan ancaman keamanan dunia maya bagi negara-negara asing yang mengadopsi peralatan tersebut.

AS menuduh bahwa Beijing mungkin menggunakan perusahaan teknologi China untuk mengumpulkan informasi tentang negara-negara asing, meskipun klaim tersebut belum dibuktikan. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menekan sekutu negara itu untuk menghindari jaringan yang dipasok oleh Huawei, mengancam akses perusahaan ke pasar untuk peralatan nirkabel generasi mendatang.

Perusahaan tersebut membantah tuduhan itu memfasilitasi mata-mata China dan mengatakan akan menolak tuntutan pemerintah untuk mengungkapkan informasi rahasia tentang pelanggan asing.

Juga pada hari Senin, pendiri Huawei Ren Zhengfei mengatakan kepada BBC bahwa penangkapan putrinya dan kepala keuangan perusahaan, Meng Wanzhou, adalah “tindakan bermotivasi politik.”

Meng ditangkap di Kanada Desember lalu dan saat ini menghadapi kemungkinan ekstradisi ke AS, ia didakwa melakukan penipuan bank dan kawat untuk melanggar sanksi AS terhadap Iran.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya bursa Asia akan mencermati pergerakan bursa Wall Street yang berpotensi lemah dengan meningkatnya lagi ketegangan perdagangan AS-China.

Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here