(Vibiznews – Forex) – Mengakhiri perdagangan forex sesi Amerika hari Rabu (13/03) kekuatan dolar AS pecah dikarenakan hanya menguat terhadap poundsterling dan yen Jepang, sekalipun data inflasi yang dilaporkan menunjukkan kenaikan untuk pertama kalinya sejak November.
Meskipun indeks harga konsumen AS tersebut naik pada bulan Februari, namun laju kenaikannya sangat rendah dan sesuai dengan harapan. Lambatnya kenaikan inflasi mengkonfirmasi sikap terbaru Federal Reserve untuk bersabar dalam kenaikan suku bunganya.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap rival utamanya turun 0,2% dari penutupan sebelumnya ke posisi 96,95, setelah sempat turun ke posisi rendahnya di 96,86 sebelum naik tipis ke posisi 96,91. Indeks dibuka pada posisi yang lebih rendah pada posisi 97,14.
Terhadap poundsterling, dolar AS menguat 0,64 persen ke posisi 1.3081 setelah rencana Brexit Perdana Menteri Theresa May ditolak parlemen Inggris. Pound sempat turun ke level rendah 1.2960 merespon penolakan tersebut. Jika ditolak oleh anggota parlemen, akan ada pemungutan suara pada hari Kamis untuk memutuskan apakah Inggris harus meminta perpanjangan untuk Brexit.
Dolar AS menguat tipis terhadap yen Jepang ke posisi 111,29 yen atau naik 0,28 persen menerima sentimen kuatnya perdagangan aset resiko yang membuat keuntungan yen sebagai safe haven terpangkas.
Terhadap kurs euro, dolar AS melemah ke 1,1285 terhadap euro atau turun lebih dari 0,4% dari penutupan Senin. Kurs euro sempat naik ke posisi 1.1304 dan anjlok ke posisi 1.1246. Terhadap franc Swiss, dolar kehilangan sekitar 0,3% dan terhadap Loonie turun 0,26%, demikian juga terhadap Aussie turun 0,16%.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang