(Vibiznews – Economy) – Pimpinan IMF memperingatkan bahwa mayoritas negara di dunia diperkirakan dapat menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat pada tahun 2019 karena ekonomi global kehilangan momentum.
Christine Lagarde mengatakan meningkatnya tensi perdagangan, kekhawatiran atas Brexit dan kondisi finansial yang lebih ketat karena bank-bank sentral menaikkan suku bunganya telah menimbulkan ekonomi dunia yang “semakin meresahkan” dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam pidatonya di Washington pada Selasa sebelum pertemuan musim semi IMF minggu depan, yang dilansir dari the Guardian (02/04), Lagarde mengindikasikan bahwa lembaga ini kemungkinan akan memangkas kembali perkiraan pertumbuhan dunia pada tahun 2019 dan 2020.
Pada Januari lalu, IMF menyatakan pihaknya memperkirakan ekonomi dunia akan bertumbuh sekitar 3,5% pada tahun 2019 dan 2020. Tetapi Lagarde mengatakan: “Ekonomi dunia telah kehilangan momentumnya lebih lanjut, seperti yang akan Anda lihat pada update perkiraan kami minggu depan.”
Peringatan dari lembaga dana berkantor di Washington itu muncul di tengah bertambahnya kekhawatiran atas kekuatan ekonomi dunia satu dekade setelah krisis keuangan 2008, yang dipicu oleh meningkatnya risiko dari perselisihan perdagangan AS-China dan naiknya tingkat suku bunga.
Lagarde mengatakan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat pada 70% dari negara-negara di tahun ini.
“Setahun yang lalu, saya berkata: ‘Matahari bersinar – perbaiki atap.’ Enam bulan lalu, saya menunjuk adanya awan risiko di cakrawala. Hari ini, cuaca semakin tidak menentu,” katanya.
Meskipun demikian, Lagarde mengatakan ekonomi global harus dapat menghindari resesi besar-besaran dalam waktu dekat. “Bahkan, kami mengharapkan adanya peningkatan pertumbuhan pada paruh kedua 2019 dan memasuki 2020,” katanya.
Pasar finansial dunia terguncang tahun lalu oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve AS dan perselisihan dagang AS dengan Beijing. Indikasi penundaan kenaikan suku bunga lanjutan, termasuk dari The Fed, telah menenangkan pasar global.
Namun, rebound pertumbuhan yang dicatat IMF untuk paruh kedua 2019 muncul dengan latar belakang kondisi yang semakin “genting”, Lagarde mengatakannya, dengan sejumlah risiko potensial termasuk Brexit, utang tinggi di beberapa sektor dan negara, ketegangan kebijakan perdagangan dan nuansa keresahan di pasar keuangan.
“Banyak perekonomian tidak cukup tangguh. Utang publik yang tinggi dan suku bunga rendah telah meninggalkan ruang yang terbatas untuk bertindak ketika downturn berikutnya datang, hal yang pasti akan terjadi,” katanya lagi seperti dikutip the Guardian (02/04).
Kekhawatiran atas kesehatan ekonomi global telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Turki meluncur kembali pada kekacauan pasar keuangannya pekan lalu. Sementara dari zona Eropa menunjukkan bahwa output manufaktur Jerman bulan lalu turun pada laju yang tercepat sejak 2012.
Analis Vibiz Research Center melihat bahwa prediksi baru dari IMF ini, yang akan dirilis minggu depan, tentang kondisi ekonomi dunia yang makin suram akan dapat menggoyang lagi pasar finansial. Bagaimanapun, Presiden Jokowi telah lebih dahulu memberi peringatan pada Annual Meeting IMF-World Bank Group Oktober tahun yang lalu. Menggunakan kalimat “winter is coming“, Jokowi telah memperingatkan semua negara –pada waktu itu- untuk tetap waspada atas risiko ketidakpastian global.
Prediksi IMF mendatang akan menunjukkan sudah semakin nyatanya ketidakpastian itu. Sebagian besar negara di dunia, 70% menurut IMF, akan mengalami pelambatan pertumbuhan yang tidak terhindarkan lagi. Lalu di sebelah mana Indonesia?
Stabilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, di atas level 5%-an dalam beberapa tahun terakhir adalah suatu kinerja yang baik dan sudah diakui dunia. Pemerintahan Presiden Jokowi telah berhasil menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik, sementara sebagian besar negara di dunia sedang kehilangan momentumnya menurut IMF. Maka, sangat mungkin untuk Indonesia berada pada posisi di luar 70% itu.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group
Editor: Asido