(Vibiznews – Economy) – Ekonomi China memulai awal yang kuat di tahun ini, berlawanan dengan kekhawatiran akan adanya perlambatan ekonomi yang tajam. Nampaknya upaya pro-pertumbuhan ekonomi dari Beijing berhasil mengimbangi dampak perang dagang dengan Amerika Serikat.
Produk Domestik Bruto China (PDB) dirilis meningkat 6,4 persen pada kuartal pertama 2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Biro Statistik Nasional melaporkan pada Rabu, mengalahkan ekspektasi analis pertumbuhan 6,3 persen, demikian rilis dari South China Morning Post Rabu ini (17/04).
Semua indikator utama dirilis pada hari Rabu – produksi industri, investasi aset tetap, penjualan ritel dan tingkat pengangguran perkotaan – menunjukkan peningkatan kinerja dari bulan-bulan sebelumnya, dengan dua yang terakhir muncul lebih kuat dari yang diharapkan.
Produksi industri, misalnya, meningkat 8,5 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, merupakan pertumbuhan terkuat sejak Juli 2014. Jauh lebih kuat dibandingkan ekspektasi kenaikan sebelumnya sebesar 5,9 persen.
Data optimis ini muncul ketika Beijing dan Washington tampaknya memasuki tahap akhir negosiasi mereka untuk mengakhiri perang perdagangan. Ini sekaligus menawarkan bukti baru bahwa ekonomi China mungkin sudah mencapai titik terendahnya dan mulai pulih kembali.
“Tidak dapat disangkal bahwa ekonomi Tiongkok mengakhiri kuartal pertama dengan catatan yang kuat,” tulis ekonom senior China di Capital Economics, dalam sebuah catatan. “Ekonomi Tiongkok akan keluar dari bottom-nya, jika masih belum.”
Pemimpin Cina memutuskan pada Juli lalu untuk mengalihkan prioritas ekonomi dari pengurangan utang ke stabilisasi pertumbuhan, karena tarif yang dikenakan pada ekspor China oleh Presiden AS Donald Trump telah mengganggu aktivitas ekonomi dan mengurangi kepercayaan investor.
Setelah berbulan-bulan pengeluaran stimulus dan pelonggaran moneter – sistem finasial China telah memompakan nilai rekor 8,2 triliun yuan (US $1,22 triliun, atau sekitar Rp17.202 triliun) ke perekonomian pada kuartal pertama saja. Kekhawatiran jangka pendek bahwa ekonomi China mungkin akan kehilangan tenaganya dengan cepat berkurang, meskipun dalam jangka panjang China harus menahan pertumbuhan populasi yang menua dan gunung utang yang besar dan bertambah.
Bagaimanapun, tanda-tanda optimisme baru dalam prospek ekonomi Tiongkok tampil berlimpah, demikian South China Morning Post (17/04).
Analis Vibiz Research Center menilai bahwa indikasi pemulihan ekonomi di China ada terlihat. Tetapi, apakah ini sudah pemulihan yang kuat atau belum, barangkali harus dilihat lagi dengan perkembangan selanjutnya dari proses perdamaian perang dagang AS – China. Memang progres membaik dalam negosiasi dagang sudah semakin nampak, namun tetap perlu diwaspadai kelanjutannya. Artinya, bila nanti masih ada ekor panjangnya perang dagang, kemungkinan ini dapat menghambat proses pemulihan ekonomi China selanjutnya. Sebaliknya, bila selesai isyu perang dagang, bisa jadi itulah momen untuk China rebound kembali memetik laju pertumbuhan ekonomi barunya.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido