(Vibiznews – Forex) – Mengakhiri perdagangan forex sesi Amerika beberapa saat lalu hari Rabu (01/05) dimana para pelaku pasar sedang menunggu keputusan kebijakan moneter Federal Reserve, dolar AS masih lemah dan anjlok ke posisi terendah sepekan. Dan sebaliknya rival utama dolar cetak rekor penguatan tinggi.
Terpantau indeks dolar yang menunjukkan kekuatan mata uang dolar AS terhadap beberapa rival mata uang utama lainnya ditutup melemah 0,38 persen ke posisi 97,49 setelah sempat naik ke posisi 97,89 dan terjun ke posisi 97,44. Dolar AS melemah sekalipun rilis data ekonomi semalam menunjukkan angka yang kuat.
Oleh pelemahan dolar ini, Yen Jepang cetak rekor tinggi 2 pekan, poundsterling menguat 10 hari dan euro tertinggi sepekan. Euro naik ke level tertinggi satu pekan setelah angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di zona euro mengalahkan ekspektasi pasar, menghilangkan beberapa pesimisme atas mata uang umum zona tersebut.
Pertumbuhan ekonomi zona euro melaju ke 0,4% dalam tiga bulan pertama 2019, pulih dari penurunan pada paruh kedua tahun lalu. Data kuat ini menawarkan beberapa ekspektasi positif kepada pedagang setelah survei PMI manufaktur mengecewakan bulan ini dan komentar hati-hati dari pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi eurozpne sedang berjuang.
Data ekonomi AS yang optimis semalam menunjukkan rebound yang lebih besar dari perkiraan dalam kepercayaan konsumen dan penjualan rumah yang tertunda. The Conference Board mengatakan kepercayaan konsumennya melonjak menjadi 129,2 di bulan April setelah jatuh ke 124,2 di bulan Maret. Demikian juga National Association of Realtors melaporkan indeks penjualan rumah yang tertunda naik 3,8 persen menjadi 105,8 pada Maret setelah merosot 1 persen menjadi 101,9 pada Februari.
Sehari menjelang pengumuman Fed, Presiden Donald Trump mendesak bank sentral untuk memangkas suku bunga. “Federal Reserve kami terus-menerus menaikkan suku bunga, meskipun inflasi sangat rendah, dan melembagakan pengetatan kuantitatif yang sangat besar. Kami memiliki potensi untuk naik seperti roket jika kami melakukan beberapa penurunan tarif, seperti satu poin, dan beberapa pelonggaran kuantitatif.” kata Trump dalam postingannya di Twitter.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang