(Vibiznews – Index) Bursa Saham Asia tergelincir pada akhir perdagangan awal pekan hari Senin (13/05) setelah negosiasi perdagangan AS-China tidak membuahkan hasil, setelah tarif barang-barang China dinaikkan Jumat lalu.
Indeks Shanghai jatuh 1,21% menjadi ditutup pada 2.903,71 dan indeks Shenzhen tergelincir 1,076% menjadi ditutup pada 1.551,75. Sebelumnya pada Jumat lalu bursa China melonjak meskipun AS menaikkan tarif dari 10% menjadi 25% untuk barang-barang Tiongkok senilai $ 200 miliar.
Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,72% menjadi ditutup pada 21.191,28, dengan saham kapital besar Softbank Group turun 3,25%. Indeks Topix juga turun 0,53% untuk menyelesaikan hari perdagangan di 1.541,14.
Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 1,38% menjadi ditutup pada 2.079,01
Indeks ASX 200 Australia turun 0,21% untuk menyelesaikan hari perdagangannya di 6.297,60.
Pasar di Hong Kong ditutup pada hari Senin untuk liburan.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada hari Minggu, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping kemungkinan akan bertemu pada KTT G-20 Juni mendatang di Jepang.
Kudlow mengatakan peluang pertemuan semacam itu cukup bagus, tetapi ia mengatakan ada tidak ada rencana yang pasti dan konkret untuk kapan AS dan negosiator Tiongkok akan bertemu lagi.
Pembicaraan perdagangan antara AS dan negosiator China berakhir pada hari Jumat tanpa perjanjian perdagangan. Pembicaraan berlangsung di bawah bayang-bayang ancaman Trump untuk lebih dari dua kali lipat tingkat tarif menjadi 25% pada $ 200 miliar barang-barang China.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya bursa Asia berpotensi lemah dengan ketidakpastian perdagangan AS-China juga dengan belum adanya data kuat yang mendukung kenaikan. Namun perlu dicermati upaya bargain hunting memanfaatkan penurunan harga. Pergerakan bursa Wall Street juga akan menjadi perhatian bursa Asia.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting