(Vibiznews – Economy) – OECD mengumumkan memangkas kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,3% menjadi 3,2% di tahun ini. OECD menyebutkan bahwa pemangkasan pertumbuhan ekonomi karena eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas.
Pernyataan OECD tersebut sebelumnya sudah disentil oleh Sekjen OECD Angel Gurria, yang menyebutkan bahwa ketidakpastian adalah musuh terbesar pertumbuhan ekonomi. Dimana perang dagang AS – China yang nyaris buntu telah menimbulkan banyak ketidakpastian.
READ MORE: OECD Bersiap Memangkas Lagi Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global
Menyikapi prospek situasi global tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan mengupayakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tetap 5,3%. Berbicara kepada media Kamis ini (23/05), Sri Mulyani menyatakan “Masih ada tiga kuartal, tentu saja kita berharap momentum akan terjaga.”
Sri Mulyani menambahkan pihaknya sudah mengantisipasi dengan menjaga permintaan domestik agar tetap baik. Dari sisi inflasi hingga saat ini masih terkendali, dengan tercatat pada periode Januari-April 2019 sebesar 0,80%, sehingga daya beli bisa terjaga. Selain itu pemerintah juga meningkatkan Bansos untuk menopang daya beli 40% masyarakat berpenghasilan rendah.
Sementara itu, dari sisi penawaran, Menkeu menyebutkan perlunya menjaga iklim investasi Indonesia. Ini dijaga supaya kepercayaan investor akan semakin meningkat. Disinggungnya tentang instrumen fiskal terkait pemberian insentif, di antaranya adalah tax holiday dan tax allowance. Di samping itu, diperlukan simplifikasi aturan seperti pelaksanaan Online Single Submission (OSS).
Selain itu, ditambahkannya lagi, pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Prioritas tersebut diharapkan bisa meningkatkan daya saing Indonesia. Menurut Sri Mulyani, saat ekonomi global lemah justru daya saing perlu ditingkatkan. Salah satu program peningkatan kualitas SDM ini dilakukan pemerintah dengan menetapkan dana abadi pendidikan 20% serta pelaksanaan program link and match untuk vokasi dan perindustrian.
Analis Vibiz Research Center melihat petumbuhan ekonomi domestik, di masa tantangan pelambatan pertumbuhan ekonomi global, dengan segala potensinya itu harus lebih diprioritaskan. Karenanya, strategi Menkeu untuk menjaga permintaan domestik sangatlah tepat. Dan itu yang dapat lebih diprioritaskan agaknya. Selain itu, perlu dicari celah di antara perang dagang ini bagaimana Indonesia mendapat limpahan berkatnya, dengan menjadi pilihan destinasi investasi dunia sebagai pengganti China.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido