(Vibiznews – Forex) – Mengakhiri perdagangan forex sesi Amerika beberapa saat lalu Kamis (30/05) mata uang utama Dolar AS kembali menguat untuk ketiga kalinya terhadap semua rival utamanya di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang ketegangan perang perdagangan AS-Cina dan kekhawatiran bahwa perselisihan itu dapat meningkat menjadi perang dagang penuh.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan mata uang dolar AS terhadap beberapa rival mata uang utama lainnya ditutup menguat lebih dari 0,2 persen ke posisi 98,15 setelah sempat naik pada posisi 98.22 dan turun ke posisi terendah di 97.86. Kini terpantau dolar AS retreat ke posisi 98,09.
Terhadap euro, dolar naik 0,24% ke posisi $1,1135, Bank Sentral Eropa merilis laporan Tinjauan Stabilitas Keuangan terbaru yang memperingatkan bahwa risiko terhadap stabilitas keuangan di kawasan euro meningkat di tengah melambatnya ekonomi global dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Pertumbuhan yang lebih lambat dari yang diperkirakan dan kemungkinan memburuknya ketegangan perdagangan dapat memicu jatuhnya harga aset.
Terhadap poundsterling Inggris, dolar menguat 0,21% pada $1,2627 per sterling. Poundsterling berada di bawah tekanan di tengah perbaikan sentimen setelah berita beberapa menteri konservatif, yang dicalonkan untuk menggantikan PM May, mengatakan bahwa Brexit tanpa kesepakatan bukanlah suatu pilihan.
Sementara terhadap mata uang Jepang, dolar AS berhasil rebound dengan kenaikan 0,23% pada 109,62 yen per dolar, setelah sempat terjun ke posisi terendah dua minggu di 109,15 sebelumnya. Terhadap Aussie, dolar naik 0,07% pada 0,6919 dan terhadap loonie Canada juga naik pada posisi penting di 1,3515.
Loonie melemah setelah Bank of Canada mempertahankan suku bunganya tidak berubah, mengatakan bahwa pelambatan ekonomi baru-baru ini bersifat sementara dan pertumbuhan diperkirakan meningkat pada kuartal kedua. Data baru-baru ini telah memperkuat pandangan Dewan Pemerintahan bahwa perlambatan pada akhir 2018 dan awal 2019 bersifat sementara.
Kekhawatiran tentang eskalasi lebih lanjut dari sengketa perdagangan AS-Tiongkok, pemerintah Beijing berencana akan membatasi ekspor mineral rare earth yang sangat penting bagi industri teknologi AS. Tindakan ini dilakukan untuk menyerang balik dalam perang dagang dengan Amerika Serikat.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang