(Vibiznews – Economy & Business) – Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia satu tingkat ke BBB, oleh karena “prospek pertumbuhan yang kuat” dan kebijakan fiskal yang prudent dari Indonesia, pada hari Jumat ini (31/05). Hari ini pasar rupiah, saham, dan obligasi langsung menguat tajam.
Peringkat tersebut naik dari posisi layak investasi, BBB-, dan menunjukkan prospek yang stabil, kata S&P dalam pernyataannya. Untuk peringkat jangka panjangnya dapat dinaikkan lagi jika neraca eksternal Indonesia meningkat secara material dari level saat ini, atau jika pengaturan fiskal membaik selama dua tahun ke depan, jelasnya, sebagaimana dilansir dari Bloomberg Jumat (31/05).
“Kami menaikkan rating sebagai cerminan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan didukung oleh kebijakan yang dinamis, yang diharapkan akan berlanjut sejalan dengan terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo baru-baru ini,” kata S&P. “Peringkat negara Indonesia akan terus didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kinerja fiskal yang moderat.”
Peningkatan peringkat akan menjadi kesempatan bagi Presiden Jokowi, yang berjanji akan mendukung pertumbuhan dan mendorong infrastruktur ambisius yang diperkirakan menelan biaya lebih dari $400 miliar (lebih dari Rp4.500 triliun) pada masa jabatan keduanya. Peringkat tersebut menempatkan Indonesia pada tingkat yang sama dengan Hongaria dan Uruguay, dan satu tingkat di bawah Filipina, yang lebih dulu mendapat upgrade dari S&P bulan lalu.
“Peningkatan ini menguatkan pandangan kami bahwa fundamental ekonomi Indonesia sehat dan prospek reformasi tetap bagus setelah pemilu,” kata Euben Paracuelles, ekonom di Nomura Holdings Inc. di Singapura. “Satu-satunya unsur kejutan di sini adalah S&P memasang outlook ‘stabil’ dan karenanya melewati perubahan ke outlook ‘positif’ dahulu sebelum upgrade, jadi bisa dibilang ini adalah peningkatan yang lebih awal dari yang diharapkan,” ujarnya sebagaimana dikutip Bloomberg (31/05).
Hari ini para investor menyambut kenaikan peringkat yang tidak terduga dengan rupiah melonjak sebanyak 1,1% terhadap dolar AS, merupakan penguatan terbesar sejak 31 Januari. Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun turun 5 basis poin menjadi 7,995%. IHSG melonjak 1,19% setelah pengumuman S&P.
Analis Vibiz Research Center melihat kenaikan peringkat ini sebagai kejutan menyenangkan bagi pasar menjelang libur panjang Idul Fitri minggu depan. Berita ini akan punya dampak kuat ke pasar modal dan pasar uang sampai setelah libur Lebaran usai nanti. Diharapkan juga situasi politik dan keamanan berikutnya akan tetap kondusif, sehingga rally pasar akan cukup signifikan nantinya.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Editor: Asido