Perekonomian Asia Ini yang Paling Terpukul Perang Dagang; Indonesia Luput?

663

(Vibiznews – Economy) – Sebagai dampak dari perang dagang panjang antara Amerika dan China maka perekonomian Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan merupakan yang “sangat terpapar” terhadap ekonomi Tiongkok, demikian menurut ekonom dari Moody’s Analytics.

Mengutip dari CNBC (18/06), dengan ketegangan antara AS dan China yang mengancam perlambatan volume perdagangan global lebih jauh, ekonomi yang bergantung pada ekspor seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan kemungkinan akan paling terpukul, menurut ekonom dari Moody’s Analytics.

Perekonomian Asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan disebut sebagai “sangat terpapar” (highly exposed) terhadap perekonomian Tiongkok, menurut Steve Cochrane, chief Asia Pacific economist di Moody’s Analytics. Dia menjelaskan bahwa selain melayani konsumen China, ketiga perekonomian itu juga memasok produk yang kemudian dirakit dan dijual oleh pabrik China ke pasar seperti AS.

“Mereka sangat bergantung pada hubungan perdagangan dengan China, dan sangat terikat dengan permintaan domestik di Tiongkok serta dalam supply chains yang lebih luas. Jadi mereka sangat, sangat terbuka,” kata Cochrane kepada CNBC Selasa (18/06).

China dan AS telah terlibat dalam pertarungan tarif sejak lebih dari setahun yang lalu. Bulan lalu, ketegangan antara kedua negara meluas melampaui perdagangan dan masuk ke bidang teknologi dan keamanan.

Demi kepentingan keamanan nasional, Washington telah menempatkan Huawei sebagai blacklist – langkah yang membatasi perusahaan-perusahaan Amerika untuk berbisnis dengan produsen peralatan telekomunikasi China.

Sejak meningkatnya tensi di bulan lalu, saham-saham di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan termasuk yang telah menjadi pecundang terbesar di bursa Asia. Itu sebagian karena ketiga perekonomian ini adalah eksportir utama komponen teknologi ke China. Termasuk, di antaranya beberapa perusahaan yang merupakan supplier ke Huawei.

Para analis menyebutkan bahwa prospek pemulihan di tiga pasar tersebut akan bergantung pada bagaimana perkembangan gesekan antara AS dan China dalam beberapa minggu mendatang. Mereka menyebutkan para investor sedang memerhatikan pertemuan KTT G-20 akhir Juni nanti. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengindikasikan dia akan memutuskan apakah akan mengenakan tarif tambahan pada barang-barang Tiongkok setelah KTT itu.

Untuk saat ini, banyak investor asing menjauh dari bursa saham di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Data dari bursa di tiga pasar itu menunjukkan bahwa investor asing telah mengambil posisi sebagai net seller sejak Mei.

 

Analis Vibiz Research Center melihat bahwa tingkat kedekatan korelasi investasi dan perdagangan dengan China yang paling menentukan dampak perang dagang bagi perekonomian domestik. Ketiga perekonomian dan eksportir besar Asia itu juga sebagai supplier dominan bagi pabrikan China. Maka, ketika ekspor China ditekan perang dagang, demikian pula tertekan ekspor dari ketiga negara tersebut.

Pelaku pasar melihat ini dapat berdampak penularan yang berkelanjutan sehingga menimbulkan spiral downward effect berupa pelambatan ekonomi regional Asia dan global. Dalam jangka panjangnya ini berisiko resesi perekonomian.

Indonesia, setidaknya luput sebagai yang paling terpapar. Tetapi tetap rentan dengan dampak perang dagang ini, mengingat China dan Jepang, juga Amerika, termasuk tujuan ekspor utama Indonesia. Satu hal, kita terus berharap adanya realokasi PMA dari China ke Indonesia. Terakhir, kabarnya dua produsen elektronik, Sharp Corporation dan LG Electronics akan segera merelokasi pabriknya ke Indonesia sebagai imbas dari perang dagang. Semoga deretan produsen ini bertambah.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here