(Vibiznews – Forex) – Dolar AS berjuang untuk rebound pada perdagangan forex sesi Asia hari Jumat (21/06) dan sedang dalam jalur mencetak kerugian mingguan terparah terhadap semua rival utamanya setelah Federal Reserve AS bergabung dengan bank sentral global lainnya untuk memotong suku bunga demi mendukung pertumbuhan ekonomi yang lesu.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya sedang melemah 0,09% dari penutupan sebelumnya ke posisi 96.54 setelah dibuka pada posisi 96,65 dan sempat terjun ke posisi terendah di 96.50. Pekan ini dolar sudah anjlok 1 persen lebih, demikian juga terhadap yen turun 1,2% di jalur untuk penurunan terbesar sejak akhir Maret.
Dolar diperdagangkan pada 107,30 yen, sedikit di atas level terendah lima bulan 107,20 yen yang dicapai Kamis setelah Ketua Fed Jerome Powell mengisyaratkan penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya pada Juli.
Poundsterling naik pada $1,2707, di jalur untuk kenaikan mingguan 1,0% yang akan menjadi kinerja terbaik dalam tujuh minggu. Euro diperdagangkan pada $ 1,1296, tetapi naik 0,8% untuk minggu ini.
Penurunan imbal hasil obligasi 10-tahun di bawah 2% dan kenaikan harga emas di atas resistensi teknis yang kuat ke level tertinggi enam tahun menunjukkan dolar bisa menghadapi periode tekanan jual yang berkepanjangan.
Fokus sekarang bergeser ke apakah Amerika Serikat dan Cina dapat menyelesaikan pertikaian perdagangan mereka pada pertemuan puncak G-20 di Osaka minggu depan. China telah mengkonfirmasi bahwa Presiden Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump akan bertemu di sela-sela G20 akhir pekan depan.
Untuk perdagangan selanjutnya, analyst Vibiz Research Center memperkirakan indeks dolar selanjutnya berpotensi terus alami pelemahan oleh sentimen diatas dengan bergerak ke posisi support 96.30 – 95.60. Namun jika terjadi pergerakan sebaliknya akan naik menemui posisi resisten 97.00 – 98.35.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang