(Vibiznews – Economy & Business) Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun pada hari Kamis (18/07).
Bank Indonesia menyatakan pemotongan suku bunga dilakukan sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.
Langkah tersebut juga diperkirakan mengikuti perkiraan pasar untuk Federal Reserve AS memotong suku bunganya pada pertemuan kebijakan Juli.
Bank Indonesia menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%
Keputusan itu datang setelah tingkat dibiarkan tidak berubah selama tujuh pertemuan berturut-turut. Dari 33 analis yang disurvei oleh Reuters, 23 telah memperkirakan bank akan melonggarkan kebijakan. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengisyaratkan mungkin ada ruang untuk pelonggaran lebih lanjut.
Tahun lalu, bank sentral Indonesia ini menaikkan suku bunga acuannya dengan gabungan 175 basis poin, karena tampaknya akan menopang rupiah. Namun pengetatan moneter Amerika serta ketidakpastian global yang berasal dari konflik perdagangan AS-China memberikan pengaruh.
Federal Reserve AS diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan akhir bulan ini, sebagian didorong oleh ketidakpastian yang sama. Prospek dolar AS yang lebih lemah dan rupiah yang lebih kuat memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakannya di muka, meskipun masih ada kekhawatiran tentang mata uangnya di tengah perang perdagangan.
Bank Indonesia merupakan bank sentral Asia terbaru yang melonggarkan kebijakan. Korea Selatan menurunkan suku pada Kamis pagi, seperti Australia, India, Malaysia, dan Filipina selama beberapa bulan terakhir. Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell telah mengisyaratkan pemotongan akhir bulan ini.
Stabilitas politik dan ekonomi yang membaik di dalam negeri juga membantu memberi ruang gerak bagi Indonesia. Konfirmasi Mahkamah Konstitusi bahwa Presiden Joko Widodo memenangkan pemilihan bulan April, dan diterimanya kemenangan oleh pihak oposisi, telah meredakan kekhawatiran kondisi politik.
Sementara itu, Inflasi masih dalam kisaran target bank sentral, meningkat 3,28% YoY di bulan Juni. Indonesia juga telah membukukan surplus perdagangan selama dua bulan berturut-turut, lebih jauh lagi mendukung rupiah, yang saat ini berada di dekat tertinggi lima bulan terhadap dolar.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting