(Vibiznews – Index) – Jelang akhir perdagangan bursa saham Amerika, sentimen pasar dipengaruhi serangkaian postingan Presiden AS Donald Trump yang memanaskan perang dagang selama ini dengan China. Cuitan Trump dalam akun twitternya yang dianggap sebagai serangan AS kepada China memberikan sentimen kekhawatiran pasar global.
Dalam postingan di twitter tersebut, Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif 10 persen pada sisa impor Cina senilai $300 miliar. Trump mengungkapkan rencana itu tak lama setelah Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyelesaikan putaran terakhir pembicaraan perdagangan di Shanghai.
“Perwakilan kami baru saja kembali dari Cina di mana mereka melakukan pembicaraan konstruktif berkaitan dengan Kesepakatan Perdagangan masa depan,” tweeted Trump. “Kami pikir kami memiliki kesepakatan dengan China tiga bulan lalu, tetapi sayangnya, Cina memutuskan untuk menegosiasikan kembali kesepakatan sebelum penandatanganan.”
Presiden Trump menuduh pemerintah China gagal menindaklanjuti janji untuk membeli sejumlah besar produk pertanian AS dan menghentikan penjualan Fentanyl ke AS.
“Pembicaraan perdagangan terus berlanjut, dan selama pembicaraan itu, AS akan mulai pada 1 September memberikan tambahan tarif 10% pada sisa $300 Miliar barang dan produk yang datang dari China ke Negara kami,” kata Trump.
Dia menambahkan, “Kami menantikan untuk melanjutkan dialog positif kami dengan China mengenai Kesepakatan Perdagangan yang komprehensif, dan merasa bahwa masa depan antara kedua negara kami akan menjadi sangat cerah!”
Trump mencatat bahwa produk-produk yang ditargetkan oleh tarif baru tidak termasuk barang-barang Cina senilai $250 miliar yang telah dikenakan tarif 25 persen. Tarif baru yang diumumkan oleh Trump tersebut menjadi eskalasi terbaru dalam perang perdagangan antara AS dan Cina, yang telah menyebabkan meningkatnya kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang