(Vibiznews – Index) – Perdagangan bursa saham Asia awal pekan kembali mengecewakan dengan lebih banyak saham-saham alami tekanan jual yang cukup signifikan pada akhir sesi perdagangan hari Senin (05/08). Sentimen negatif paling kuat datang dari berita Bank sentral China membiarkan yuan jatuh di bawah level tujuh yang sensitif secara politis terhadap dolar AS, memicu spekulasi bahwa Beijing membiarkan depresiasi mata uang melawan ancaman tarif terbaru Presiden AS Donald Trump.
Di bursa saham China. indeks Shanghai Composite China turun 46,34 poin atau 1,62 persen menjadi 2.821,50 sedangkan indeks Hang Seng di bursa saham Hong Kong turun 2,85 persen pada 26.151,32 karena bisnis bersiap untuk gangguan besar di tengah pemogokan umum di kota. Buruknya bursa China juga dipicu oleh anjloknya indeks Caxin Non Manufacturing PMI.
Bursa saham Jepang ditutup melemah tajam hingga mencapai level terendah dua bulan karena yen menguat dengan buruknya laporan laba perusahaan-perusahaan seperti Kobe Steel dan Sysmex. Indeks Nikkei berakhir turun 366,87 poin atau 1,74 persen pada 20.720,29, level terendah sejak 5 Juni.
Indeks saham di bursa Seoul mencapai level terendah tiga tahun karena depresiasi yuan memicu kekhawatiran perang mata uang. Indeks Kospi turun 51,15 poin atau 2,56 persen menjadi 1.946,98, memperpanjang kerugian untuk hari keempat dan menandai level terendah sejak 3 Januari.
Saham kelas berat Samsung Electronics Co turun 2,2 persen, perusahaan kimia LG Chem kehilangan 4,8 persen dan perusahaan penerbangan nasional Korea Air Lines Co mundur 4,1 persen.
Pasar Australia memperpanjang kerugian ke sesi keempat berturut-turut karena kekhawatiran pertumbuhan global di belakang meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China. Indeks acuan ASX 200 anjlok 128,30 poin atau 1,90 persen menjadi 6.640,30 dengan anjloknya saham empat bank besar.
Saham Selandia Baru turun tajam, dengan indeks acuan NZX 50 berakhir turun 97,84 poin atau 0,90 persen pada 10.766,03. Saham kelas berat A2 Milk Company mondar-mandir menurun hingga berakhir sebanyak 3,3 persen.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun lebih dari 2 persen bahkan ketika data menunjukkan ekonomi negara berkembang pada laju yang stabil pada periode kuartal kedua.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang