APBN 2020 untuk Menguatkan Daya Saing dan Kualitas SDM; Sejumlah Asumsi Ekonominya

1657

(Vibiznews – Economy) – Dalam pidato Presiden RI pada penyampaian keterangan pemerintah atas RUU tentang APBN tahun 2020 beserta nota keuangannya, di depan Sidang Bersama DPR RI Jumat ini (16/08), Presiden Joko Widodo menyampaikan tema kebijakan kebijakan fiskal tahun 2020, yaitu ”APBN untuk Akselerasi Daya Saing melalui Inovasi dan Penguatan Kualitas Sumber Daya Manusia”.

Dalam pidatonya, Jokowi menyatakan bahwa tantangan ekonomi ke depan semakin berat dan semakin kompleks. Ekonomi dunia sedang mengalami ketidakpastian, beberapa emerging market sedang mengalami krisis, dan beberapa negara sedang mengalami pertumbuhan negatif.

“Kita juga menghadapi tantangan perang dagang. Depresiasi nilai mata uang beberapa negara seperti Yuan-Tiongkok dan Peso Argentina, membuat kita harus waspada,” jelas Jokowi.

Di tengah tantangan-tantangan dan risiko ekonomi global, Jokowi sebagai pemimpin pemerintahan menyatakan bahwa kita harus bisa membalikkan situasi krisis menjadi peluang. Dan salah satu kuncinya adalah meningkatkan daya saing yang bertumpu pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

“Saat negara-negara lain ekonominya melambat, ekonomi kita harus mampu tumbuh. Situasi krisis harus kita balik sebagai peluang, kita harus jeli. Kita manfaatkan kesulitan sebagai kekuatan untuk bangkit, untuk tumbuh, untuk Indonesia Maju.”

Presiden menegaskan: “Salah satu kuncinya adalah dengan terus meningkatkan daya saing nasional, dengan bertumpu pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang berkualitas merupakan modal penting memasuki era ekonomi berbasis digital. Berbagai program pembangunan SDM kita siapkan, untuk memastikan bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan. Kita bangun generasi bertalenta yang berkarakter dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Setelah itu, Jokowi menyebutkan sejumlah asumsi ekonomi makro dalam penyusunan RAPBN 2020. Asumsi ekonomi makro tersebut adalah:

  1. Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3% dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1% untuk mendukung daya beli masyarakat.
  2. Nilai tukar Rupiah di kisaran Rp14.400 per dolar Amerika Serikat. Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi. Dengan demikian, suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berada di tingkat 5,4%.
  3. Harga harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan sekitar 65 dolar Amerika Serikat per barel.
  4. Melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, termasuk minyak dan gas bumi, target lifting minyak dan gas bumi di tahun 2020 diasumsikan masing-masing sebesar 734 ribu barel dan 1,19 juta barel setara minyak per hari.

Seluruh gambaran perkiraan indikator ekonomi makro di atas disebutkan menjadi dasar dalam penyusunan RAPBN tahun 2020.

 

Pada tahun 2020, Pemerintah disebutkan akan menempuh tiga strategi kebijakan fiskal, yaitu:

  1. Memobilisasi pendapatan dengan tetap menjaga iklim investasi,
  2. Meningkatkan kualitas belanja agar lebih efektif dalam mendukung program prioritas, serta
  3. Mencari sumber pembiayaan secara hati-hati dan efisien melalui penguatan peran kuasi fiskal.

Sejalan dengan hal tersebut, Presiden menekankan bahwa kebijakan RAPBN tahun 2020 dirancang ekspansif, namun tetap terarah dan terukur. Ini sebagai wujud dari komitmen Pemerintah, untuk membuat APBN lebih fokus dalam mendukung kegiatan prioritas, dengan tetap menjaga agar risikonya berada dalam batas aman.

 

Selanjutnya, sesuai dengan tema kebijakan fiskal tahun 2020, Jokowi menyatakan bahwa fokus RAPBN diarahkan pada lima hal utama, yaitu:

  1. Penguatan kualitas SDM untuk mewujudkan SDM yang sehat, cerdas, terampil, dan sejahtera.
  2. Akselerasi pembangunan infrastruktur pendukung transformasi ekonomi.
  3. Penguatan program perlindungan sosial untuk menjawab tantangan demografi dan antisipasi aging population.
  4. Penguatan kualitas desentralisasi fiskal untuk mendorong kemandirian daerah.
  5. Antisipasi ketidakpastian global.

“Dengan fokus pada lima hal tersebut, dan berpatok pada karakter kebijakan fiskal yang ekspansif namun terarah dan terukur, maka defisit anggaran tahun 2020 direncanakan sebesar 1,76% dari PDB, atau sebesar Rp307,2 triliun. Dengan Pendapatan Negara dan Hibah sebesar Rp2.221,5 triliun, serta Belanja Negara sebesar Rp2.528,8 triliun,” terang Presiden.

 

Di samping itu, Presiden Joko Widodo menyatakan nilai Belanja Negara dalam RAPBN tahun 2020 direncanakan akan mencapai Rp2.528,8 triliun, atau sekitar 14,5% dari PDB.

“Belanja Negara tersebut akan digunakan untuk memperbaiki kualitas SDM dan melanjutkan program perlindungan sosial untuk menjawab tantangan demografi. Selain itu, belanja juga ditujukan untuk meningkatkan investasi dan ekspor, melalui peningkatan daya saing dan produktivitas, akselerasi infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas dan mendukung transformasi ekonomi, serta penguatan kualitas desentralisasi fiscal,” sambungnya lagi.

Sementara itu, sesuai dengan amanat konstitusi, Pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari belanja negara. Pada tahun 2020, anggaran pendidikan direncanakan sebesar Rp505,8 triliun, atau meningkat 29,6%, dibandingkan realisasi anggaran pendidikan di tahun 2015 yang sekitar Rp390,3 triliun.

Di tempat lain, untuk mencapai sejumlah sasaran pembangunan, Presiden menyebutkan diperlukan peningkatan pendapatan negara pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp2.221,5 triliun.

“Mobilisasi pendapatan negara dilakukan, baik dalam bentuk optimalisasi penerimaan perpajakan, maupun reformasi pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” kata Jokowi di depan Sidang Bersama DPR (16/08).

 

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here