Review Forex: Kekuatan Dolar AS Pulih Merespon Risalah FOMC

1056

(Vibiznews – Forex) – Mengakhiri perdagangan forex sesi Amerika beberapa saat lalu Kamis (22/08)  kekuatan dolar  AS  pulih kembali dari awal sesi yang lemah  setelah rilis risalah pertemuan Juli Federal Reserve FOMC. Dolar menguat secara indeks dan terhadap rival utamanya hanya melemah terhadap aussie.

Risalah menunjukkan bank sentral Amerika bermaksud untuk tetap fleksibel sehubungan dengan perubahan suku bunga di masa depan, mengingat kurangnya kejelasan tentang resolusi risiko terhadap ekonomi AS.

Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap rival utamanya  ditutup menguat 0,1 persen dari penutupan sebelumnya ke 98.30. Indeks sempat terjun ke posisi terendah 4 hari pada kisaran 97.95.

Terhadap euro, dolar AS naik 0,1% pada 1,1087, setelah melemah ke 1,109 pada hari sebelumnya. Poundsterling melemah terhadap dolar, dengan satu unit sterling mengambil $1,2125, turun dari $ 1,2169 pada hari Selasa.

Kurs safe haven Yen Jepang lemah juga terhadap dolar AS pada  106,60 yen setelah perdagangan sebelumnya ditutup pada 106,23 per dolar. Dolar AS naik hampir 0,25% terhadap loonie di 1,3288, dan sekitar 0,5% melawan franc Swiss di 0,9829. Namun terhadap Aussie, dolar turun sedikit dengan pasangan AUDUSD di 0,6780.

Notulen rapat FOMC  yang diadakan pada akhir Juli lalu menunjukkan anggota berniat untuk memperhatikan dengan seksama implikasi data yang masuk untuk prospek ekonomi. Keputusan untuk menurunkan suku bunga datang meskipun para peserta umumnya menilai bahwa risiko penurunan terhadap prospek kegiatan ekonomi telah agak berkurang sejak pertemuan Juni mereka.

The Fed mengungkapkan kekhawatiran tentang prospek inflasi, dengan sejumlah peserta mencatat bahwa inflasi terus berjalan di bawah target 2% bank sentral. Risalah mencatat bahwa beberapa peserta lebih suka pemotongan suku bunga 50 basis poin, lebih menyukai tindakan yang lebih kuat untuk mengatasi inflasi yang sangat rendah.

Risalah mengatakan beberapa peserta menyatakan kekhawatiran penurunan suku bunga bisa disalahartikan sebagai sinyal negatif tentang keadaan ekonomi. Pemotongan suku bunga pada pertemuan itu digambarkan sebagai  penyesuaian pertengahan siklus.

Bank sentral berada di bawah tekanan yang meningkat untuk memotong suku bunga dari Presiden AS Donald Trump, yang telah berulang kali mengecam pendekatan Ketua Fed Jerome Powell terhadap kebijakan moneter dalam postingan di Twitter.

Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group
Editor: Asido Situmorang 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here