(Vibiznews – Economy & Business) China menyatakan pada hari Jumat (23/08) akan mengenakan tarif baru atas barang-barang AS senilai $ 75 miliar dan melanjutkan bea masuk atas mobil-mobil AS.
Dewan Negara Tiongkok mengatakan pihaknya memutuskan untuk mengenakan tarif mulai dari 5% hingga 10% pada barang US $ 75 miliar dalam dua batch yang efektif pada 1 September dan 15 Desember.
Ia juga mengatakan tarif 25% akan dikenakan pada mobil AS dan 5% untuk suku cadang dan komponen mobil, yang akan mulai berlaku pada 15 Desember. China telah menghentikan tarif ini pada bulan April.
Tarif pembalasan datang setelah Presiden Donald Trump awal bulan ini secara mengejutkan mengakhiri gencatan senjata dengan mengancam akan mengenakan tarif 10% pada $ 300 miliar barang China lainnya. Beberapa dari tarif tersebut telah ditunda hingga Desember untuk menghindari dampak pada musim belanja liburan dan beberapa item langsung dihapus dari daftar.
“Menanggapi langkah-langkah oleh AS, China dipaksa untuk mengambil tindakan balasan,” kata Dewan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat seperti yang dilansir CNBC.
“China berharap bahwa AS akan terus mengikuti konsensus pertemuan Osaka, kembali ke jalur konsultasi yang benar dan menyelesaikan perbedaan, dan bekerja keras dengan China untuk mengakhiri tujuan mengakhiri friksi ekonomi dan perdagangan,” tambahnya.
Kedua belah pihak dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan perdagangan awal bulan depan di Washington setelah pembicaraan mereka di Shanghai pada Juli.
Perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia telah berlangsung selama lebih dari satu setengah tahun. Pembelian produk pertanian AS oleh Tiongkok tetap menjadi titik besar dalam konflik perdagangan, yang menurut Trump China tidak menindaklanjuti janjinya untuk memesan dalam jumlah besar.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan pekan lalu masih ada banyak masalah struktural yang perlu diselesaikan AS dengan China sebelum mereka dapat mencapai kesepakatan. Masalah-masalah ini termasuk penyusupan cyber ke dalam jaringan bisnis A.S., transfer teknologi paksa, pencurian kekayaan intelektual dan manipulasi mata uang, katanya.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting