(Vibiznews – Index) – Perdagangan mayoritas bursa saham utama Asia-Pasifik awal pekan hari Senin (26/08) alami profit taking hingga anjlok cukup signifikan setelah eskalasi perang perdagangan AS-China akhir pekan ini. Dengan AS dan China mengumumkan tarif pembalasan terhadap satu sama lain pada hari Jumat, sebagian besar investor mengabaikan pidato dovish oleh kepala Fed Jerome Powell di Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole.
Bursa saham China jatuh dan yuan jatuh ke level terendah 11-tahun karena investor cemas tentang dampak tarif baru AS terhadap pertumbuhan ekonomi China, Indeks Shanghai Composite turun 33,86 poin, atau 1,17 persen, menjadi 2.863,57. Demikian juga di bursa Hong Kong, indeks Hang Seng turun 1,91 persen menjadi 25.680,33, dipengaruhi sentimen unjuk rasa protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Bursa saham Jepang mencapai posisi terendah tiga minggu dan yen melonjak ke level tertinggi sejak Januari 2019 seiring meningkatnya eskalasi baru dalam perang perdagangan China-AS yang melemahkan selera investor terhadap aset risiko. Indeks Nikkei turun menjadi 20.173,76, level terendah sejak 6 Agustus, sebelum mengakhiri sesi turun 449,87 poin, atau 2,17 persen, pada 20.261,04.
Bursa saham Seoul menyerah pada tekanan jual yang besar karena perang dagang yang meningkat antara dua mitra dagang terbesar negara itu mengancam akan menggagalkan pertumbuhan global menuju tahun 2020. Indeks Kospi merosot 31,99 poin atau 1,64 persen ke 1.916,31.
Pasar saham Australia jatuh, terseret oleh anjloknya saham bank dan perusahaan pertambangan. Indeks acuan ASX 200 turun 83 poin, atau 1,27 persen, menjadi 6.440,10 dengan saham empat bank besar turun antara 0,7 persen dan 1,4 persen sementara pertambangan kelas berat BHP dan Rio Tinto masing-masing kehilangan 2,1 persen dan 2,6 persen.
Demikian juga bursa kawasan Pasifik lainnya, bursa saham Selandia Baru turun tajam, dengan indeks acuan NZX 50 berakhir turun 138,88 poin, atau 1,31 persen, pada 10.483,47. Perusahaan kesehatan EBOS Group menurun untuk berakhir sekitar 3 persen.
Defisit perdagangan Selandia Baru melebar pada Juli dari tahun lalu karena ekspor menurun di tengah peningkatan impor, sebuah laporan pemerintah menunjukkan hari ini. Ekspor barang turun 5,8 persen setiap tahun menjadi NZ $ 5 miliar di Juli, sementara impor naik 3,1 persen menjadi NZ $ 5,7 miliar.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang