(Vibiznews – Index) – Pasar saham di seluruh wilayah Asia-Pasifik ditutup sebagian besar di zona merah pada perdagangan hari Kamis (29/08) di tengah ketidakpastian tentang negosiasi perdagangan AS-Cina, karena investor khawatir perang tarif yang sedang berlangsung atas perdagangan dan teknologi dapat menyebabkan resesi ekonomi global.
Bursa saham China kembali ambruk, terseret oleh anjloknya saham bank dan developer ketika kantor Perwakilan Dagang AS menegaskan kembali rencana Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan 5 persen pada $300 miliar impor Tiongkok mulai 1 September dan 15 Desember. Indeks Shanghai Composite turun 2,84 poin menjadi 2.890,92 sementara indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,34 persen menjadi 25.703,50.
Saham-saham Jepang tergelincir ke zona merah dengan indeks Nikkei yang sempat bergerak kuat berakhir negatif dengan penurunan 0,09% di posisi 20,460.93. Saham Suzuki Motor Corp naik 1,5 persen sementara saham Toyota Motor berakhir dengan nada datar setelah mereka menandatangani perjanjian mengenai aliansi modal.
Bursa saham Seoul berakhir lebih rendah karena prospek yang tidak pasti untuk pembicaraan perdagangan AS-Cina dan meningkatnya prospek Brexit tanpa kesepakatan yang membebani pasar. Indeks Kospi turun 7,68 poin, atau 0,4 persen ditutup pada 1.933,41. Saham kelas berat seperti Samsung Electronics turun 1,7 persen.
Untuk saham kawasan pasifik hanya bursa saham Australia yang berhasil rebound dari perdagangan sebelumnya, indeks ASX 200 naik 6,80 poin atau 0,10 persen pada 6.507,40. Padahal banyak saham yang anjlok cukup parah seperti saham penambang Lithium Altura Mining anjlok hingga 13 persen, Orocobre anjlok 4,5 persen dan Galaxy Resources turun 2,9 persen setelah produsen lithium terbesar China Ganfeng Lithium Co melaporkan laba semester pertama anjlok 59 persen.
Di bursa Selandia Baru saham-saham anjlok cukup signifikan lanjutkan penurunan sebelumnya dengan indeks acuan NZX-50 berakhir turun 46,10 poin, atau 0,43 persen, pada 10.580,07. Saham Vista Group International merosot sebanyak 29 persen karena perusahaan menurunkan perkiraan pertumbuhan pendapatan tahunan dari bisnis inti Vista Cinema dan Movio.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang