Ekonomi Singapura Q3 Bertumbuh Lagi; Lolos dari ‘Technical Recession’

869

(Vibiznews – Economy) – Perekonomian Singapura – yang sering dipandang sebagai  indikator arah pertumbuhan ekonomi global – dilaporkan berhasil menghindari fase “technical recession” setelah tumbuh sebesar 0,6% pada kuartal ketiga 2019, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Ekspansi qoq (kuartal-ke-kuartal) menandai adanya rebound dari penurunan ekonomi sebesar 2,7% pada periode April-Juni, demikian perkiraan resmi dari Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura pada hari Senin ini. Secara yoy (tahun ke tahun), ekonomi Singapura tumbuh 0,1% pada kuartal ketiga, demikian dilansir dari CNBC Senin (14/10).

Namun demikian, angka pertumbuhan terkini itu masih di bawah ekspektasi. Hasil survey para ekonom oleh Reuters memperkirakan PDB Singapura Juli ke September meningkat 1,5% qoq dan 0,3% secara tahunannya.

Sebagai info, istilah technical recession (resesi teknis) terjadi ketika terjadi kontraksi ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut. Isyu tentang akan datangnya resesi global telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir di tengah perang dagang AS-China yang berlangsung selama lebih dari setahun.

Singapura, dapat disebut sebagai salah satu negeri dengan rasio perdagangan terhadap PDB yang tertinggi di dunia. Hal tersebut telah membuat ekonominya sangat sensitif terhadap arus perdagangan global dan siklus bisnis.

Di sejumlah negara di mana aktivitas manufaktur dan perdagangan makin menurun di tengah perang dagang AS-China, tingkat belanja konsumen masih mampu menopang perekonomian. Itu seperti yang terjadi di Indonesia. Tetapi di Singapura, baik industri produsen barang dan maupun penghasil jasa, keduamya telah terpukul.

“Perlambatan ekonomi global telah mempengaruhi semua bidang di Singapura,” ujar head of multi-asset strategy at UOB Asset Management, kepada CNBC pada Senin ini. “Tetapi, sepertinya kita belum keluar dari belantara ini. Saya masih khawatir adanya perlambatan global yang luas dan tempat-tempat seperti Singapura tampaknya belum akan keluar untuk saat sekarang, “tambahnya.

Analis Vibiz Research Center melihat bagaimanapun lolosnya Singapura dari fase technical recession, walau masih dalam ancaman risikonya, merupakan kabar baik juga bagi ekonomi negara-negara tetangganya di Asia Tenggara. Setidaknya, hal ini mengurangi potensi adanya efek domino dalam risiko resesi regional. Di sisi lain, ini juga menjadi peringatan bagi kita bahwa perang dagang AS – China dalam setahun lebih ini telah semakin nyata menaikkan risiko datangnya resesi. Ini menjadi tantangan bagi team ekonomi di kabinet baru nanti untuk memperkuat ketahanan ekonomi domestik kita.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here