(Vibiznews – Index) Pasar Saham Asia Pasifik ditutup mixed pada Selasa (15/10) terpicu keraguan baru yang muncul terkait kesepakatan parsial perdagangan AS-China.
Di Korea Selatan, indeks Kospi ditutup sedikit lebih tinggi pada 2,068,17.
Indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,87% menjadi 22.207,21 dan indeks Topix menambahkan 1,56% menjadi 1.620,20 setelah pasar Jepang tutup pada Senin untuk hari libur umum.
Pasar daratan Tiongkok jatuh, indeks Shanghai tergelincir 0,56% menjadi 2.991,05, indeks Shenzhen turun 1,17% menjadi 9.671,73.
Indeks harga konsumen China dilaporkan telah meningkat 3% dalam setahun bulan lalu sementara indeks harga produsen turun 1,2%.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,07% pada 26503.93.
Indeks ASX 200 Australia goyah antara keuntungan dan kerugian untuk ditutup naik 0,14% pada 6.652. Subindex keuangan membalikkan penurunan untuk diperdagangkan naik 0,29% sementara sektor energi turun 0,85% dan bahan-bahan turun 1%.
China menginginkan putaran pembicaraan lain sebelum menandatangani apa yang oleh Presiden AS Donald Trump pekan lalu disebut sebagai “kesepakatan fase satu yang sangat substansial” antara kedua negara, demikian dilansir CNBC pada Senin.
Akhir Pekan kemarin Trump mengumumkan perjanjian perdagangan parsial yang akan membahas masalah kekayaan intelektual dan jasa keuangan, bersama dengan pembelian produk pertanian senilai sekitar $ 40 miliar hingga $ 50 miliar oleh China.
Untuk bagiannya, AS mengatakan akan menunda kenaikan tarif minggu ini atas produk-produk China senilai $ 250 miliar dari 25% menjadi 30%. Batas waktu tarif berikutnya adalah 15 Desember. Mnuchin mengatakan kepada CNBC pada hari Senin bahwa ia mengharapkan putaran tarif pertengahan Desember akan berlaku jika tidak ada kesepakatan yang dicapai antara kedua negara.
Sementara itu, media pemerintah China juga memberikan nada berhati-hati, memperingatkan AS selama akhir pekan untuk “menghindari mundur” pada perjanjian perdagangan parsial.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Asia akan mencermati pergerakan bursa Wall Street yang akan mencermati perkembangan perang dagang dan laporan laba emiten, yang jika positif akan memberikan kekuatan bagi bursa Asia dan sebaliknya.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting