Pertumbuhan Ekonomi China Terlemah Dalam 27,5 Tahun

1762

(Vibiznews – Economy & Business) Pertumbuhan ekonomi China mencatatkan angka 6% pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya, dan ini merupakan pertumbuhan terlemah dalam setidaknya 27,5 tahun, demikian rilis pada hari Jumat (18/10).

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan produk nasional bruto (PDB) China akan tumbuh 6,1% dari kuartal ketiga 2018.

Pada kuartal kedua 2019, biro statistik China mengatakan ekonomi tumbuh 6,2% dari tahun sebelumnya, karena perang perdagangan negara itu dengan AS mengambil korban.

PDB Tiongkok telah turun tajam sejak kuartal pertama 2018, ketika naik 6,8% karena pengetatan kredit dan perselisihan perdagangan negara itu dengan AS.

Target pertumbuhan resmi Beijing untuk 2019 adalah 6% hingga 6,5%.

Pertumbuhan kuartal ketiga adalah yang paling lambat sejak kuartal pertama 1992, data triwulan paling awal yang tercatat, kata Reuters.

Ekonom pesimis tentang prospek langsung untuk China meskipun ada beberapa titik terang dalam data September yang dirilis pada hari Jumat, dengan penjualan ritel naik 7,8% dari tahun lalu dan produksi industri naik 5,8%. Investasi aset tetap naik 5,4% dari Januari hingga September.

Para analis memperkirakan pertumbuhan China kemungkinan akan terus melambat dalam dua kuartal berikutnya. Itu terjadi ketika pertumbuhan produksi riil dalam layanan telah melambat secara agresif dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan diperkirakan pertumbuhan Tiongkok melambat menjadi 5,8% pada kuartal keempat, dengan target pertumbuhan setahun penuh negara itu menjadi 6,1%.

Meskipun angka PDB resmi Beijing dilacak sebagai indikator kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia, banyak ahli luar telah lama menyatakan skeptis tentang kebenaran laporan China.

Data impor dan ekspor Tiongkok untuk bulan September datang lebih buruk dari yang diharapkan di tengah-tengah gesekan perdagangan negara itu dengan AS.

Kedua raksasa ekonomi telah terlibat dalam perang dagang selama lebih dari satu tahun, dengan masing-masing negara menerapkan tarif barang bernilai miliaran dolar dari yang lain.

Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here