Damai Dagang Fase 1 Akan Terganggu Wabah Virus; Tantangan Ekonomi Bertambah

485

(Vibiznews – Economy & Business) – Kesepakatan perdagangan baru-baru ini antara Beijing dan Washington diperkirakan dapat mengalami imbasan gangguan yang berarti, jika penyebaran coronavirus di China menyebabkan gangguan permintaan yang berkepanjangan, demikian menurut satu lembaga riset internasional.

Dilansir dari CNBC, Rabu (29/01), Panjiva Research mencatat dalam rilisnya: “China terikat untuk menaikkan 88,3% dalam impor barang-barang manufaktur dari AS pada tahun 2021, dibandingkan tahun 2017,” merujuk pada kesepakatan dagang parsial antara dua kekuatan ekonomi pada pertengahan Januari . “Suatu interupsi permintaan yang berkepanjangan bisa membuat penyampaian target itu lebih sulit,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, per Rabu (29/01) ini wabah virus yang telah menginfeksi setidaknya 5.900 orang dan menewaskan lebih dari 132 orang di China. Wabah ini telah menimbulkan kekhawatiran besar di pasar global karena investor mempertimbangkan potensi dampak ekonominya.

Kota Wuhan di Cina, ibukota provinsi Hubei, dan wilayah sekitar Hefei dan Jiangsu – yang juga telah ditutup karena wabah virus – adalah pusat manufaktur utama yang bekerja dengan perusahaan-perusahaan Amerika.

“Analisis data Panjiva menunjukkan lebih dari 450 importir AS dipasok oleh perusahaan yang berlokasi di provinsi Hubei,” kata laporan itu.

Satu perusahaan pembangkit energy global, Hon Hai (juga dikenal sebagai Foxconn) termasuk di antara lima perusahaan teratas yang mengimpor dari wilayah Hubei ke AS, menurut riset tersebut. Foxxconn yang berbasis di Taiwan adalah produsen elektronik terbesar di dunia dan perakit produk Apple terbesar.

CEO Apple, Tim Cook, pada Selasa (28/01) mengatakan, wabah koronavirus yang sedang berlangsung di China telah berdampak pada operasi raksasa teknologi di negara itu. Setidaknya beberapa fasilitas manufaktur di tempat lain di China akan tetap ditutup hingga 10 Februari.

Analis Vibiz Research Center melihat isyu wabah virus corona ini dapat mengganggu eksekusi damai dagang fase pertama AS – China, yang mungkin akan berdampak lanjut kepada pelambatan pemulihan ekonomi dan relasi dagang internasional antar negara, yang semula diekspektasikan mengalami perbaikan. Tahun 2020 ini nampaknya masih tetap tahun yang bergejolak untuk ekonomi global, serta ditambah lagi dengan isyu geopolitik Timur Tengah.

Ini akan menjadi tantangan eksternal tambahan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Daya tahan ekonomi akan mendapat ujian baru. Namun demikian, adalah lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, yang baru-baru ini tetap mempertahankan peringkat Indonesia di pada level BBB/outlook stabil (Investment Grade), antara lain karena ekonomi Indonesia diakui resilient atau berdaya tahan di tengah dinamika perekonomian global.

(Lihat juga: https://www.vibiznews.com/2020/01/26/ekonomi-prospektif-utang-pemerintah-rendah-fitch-kukuhkan-peringkat-investment-grade-indonesia/).

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here